Type to search

Hiburan Peristiwa

Free Fire Dituduh Langgar Etika, Hak Cipta AI Tung Tung Tung Sahur

Share
Game populer Garena Free Fire diduga langgar etika terhadap karya AI kreator lokal Noxa, yang dikenal melalui “Tung Tung Tung Sahur”,

SUARAGONG.COM – Game populer Garena Free Fire tengah menjadi sorotan publik. Bukan karena konten permainannya, melainkan Free Fire diduga melakukan pelanggaran etika terhadap karya Artificial Intelegen (AI) kreator lokal Akun TikTok bernama Noxa. Dimana ia yang dikenal melalui fenomena viral “Tung Tung Tung Sahur”. Dimana ia mengaku desain visual yang dibuatnya menggunakan AI itu digunakan dalam game tersebut tanpa izin dan tanpa pemberian kredit.

Garena Free Fire Diduga Gunakan Desain AI Kreator Lokal Tanpa Izin

Melalui video unggahannya, Noxa menyampaikan kekecewaannya terhadap Garena. Ia mengklaim telah mencoba menghubungi pihak pengembang game tersebut, namun tidak mendapat tanggapan sama sekali.

“Iya gua tau gak bisa di copyright, tapi minimal etika kek… gua chat gak dijawab? Sekelas game top 1 di Indo??,” tulisnya dalam salah satu unggahan viral.

Noxa menjelaskan bahwa meski karya tersebut dihasilkan melalui bantuan AI, ia tetap merasa memiliki hak moral sebagai kreator yang menciptakan konsep dan membagikan karya tersebut pertama kali ke publik.

Perdebatan Hak Cipta di Era AI

Kasus ini langsung menyulut perdebatan di media sosial. Sebagian warganet mendukung Noxa dan menekankan pentingnya menghormati hasil karya, terlepas dari alat bantu yang digunakan. Namun, tak sedikit pula yang menyatakan bahwa hasil buatan AI tidak memiliki hak cipta secara hukum, karena tidak sepenuhnya dibuat oleh manusia.

Hal ini menjadi masalah karena hingga saat ini, Indonesia belum memiliki regulasi yang secara jelas mengatur hak cipta karya berbasis AI. Tidak ada undang-undang yang mengatur secara spesifik siapa yang memiliki hak atas gambar, suara, atau konten digital lain yang dihasilkan dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan.

Baca JugaGaes !!! Yuk Kenali Kecerdasan Buatan, Apa Bahayanya?

Ketertinggalan Regulasi dan Kekhawatiran Kreator

Kekosongan hukum ini membuat posisi kreator seperti Noxa menjadi abu-abu. Mereka tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk menggugat dugaan pencurian karya, meski merasa dirugikan secara moral. Sementara itu, negara-negara seperti Jepang dan Uni Eropa telah mulai menyusun kebijakan khusus mengenai hak cipta di era AI.

Kekhawatiran pun mulai bermunculan dari kalangan seniman digital, desainer, dan kreator konten yang khawatir karya-karya mereka mudah direplikasi tanpa perlindungan hukum. Apalagi jika digunakan oleh perusahaan besar tanpa persetujuan.

Hingga berita ini diturunkan, pihak Garena belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan ini. Namun, tekanan publik terus meningkat, mendesak agar desain yang dipermasalahkan segera dihapus dari dalam game.

Baca JugaFenomena Meme “Italian Brainrot” Menggemparkan TikTok

Seruan untuk Reformasi Hak Cipta Digital

Kasus ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah akan urgensi pembaruan UU Hak Cipta yang dapat merespons perkembangan teknologi AI. Tanpa regulasi yang relevan dan adil, potensi konflik seperti ini akan terus berulang dan membuat para kreator lokal rawan tereksploitasi secara digital.

Fenomena viral seperti “Tung Tung Tung Sahur” adalah bagian dari gelombang baru kreativitas digital di Indonesia. Jika tidak disertai dengan sistem perlindungan yang memadai, maka kemajuan teknologi justru dapat mengancam keadilan dan kesejahteraan kreator lokal. (Aye/sg)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *