Kopi di Aceh bukan sekadar minuman, melainkan bagian dari gaya hidup dan pranata sosial. Masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari anak muda hingga pekerja kantoran, bahkan pejabat, sering kali menjadikan kedai kopi sebagai tempat untuk berkumpul dan berdiskusi. Aceh dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas tinggi, seperti kopi gayo dari Dataran Tinggi Gayo. Kopi gayo, yang telah mendapat sertifikasi Fair Trade sejak 2010, memiliki skor uji cita rasa tinggi, yang sering kali mencapai 86 hingga 90 poin—lebih dari cukup untuk kategori “specialty coffee” menurut Specialty Coffee Association of America (SCAA).
Di kedai-kedai kopi Aceh, pengunjung dapat menemukan variasi kopi seperti kopi hitam, kopi susu, dan kopi sanger. Khusus untuk kopi sanger, perbedaan terletak pada takaran gula dan susu yang pas sehingga aroma kopi tetap dominan. Biji kopi diolah secara tradisional dengan proses sangrai yang memakan waktu hingga 4 jam, dicampur gula dan mentega untuk menghasilkan rasa khas.
Kedai kopi Aceh tidak hanya terkenal karena kualitas kopinya, tetapi juga proses penyajiannya yang unik. Kopi diseduh dengan air mendidih yang terus terjaga, lalu disaring berulang kali menggunakan alat saring kain hingga menghasilkan kopi yang pekat, harum, dan bersih tanpa ampas.
Sejarah Panjang Kopi di Nusantara
Sejarah kopi di Indonesia bermula dari era tanam paksa pada masa penjajahan Belanda. Bibit kopi arabika dan robusta diperkenalkan pada tahun 1696, dan hingga akhir abad ke-19, tanaman kopi mulai tumbuh di Gayo. Meski begitu, kopi di Gayo baru populer pada abad berikutnya. Sedangkan lada sebelumnya menjadi komoditas utama perdagangan Aceh sejak era Kesultanan Aceh Darussalam.
Menurut antropolog dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Reza Idria. Dijelaskan bahwa tradisi ngopi ini berkembang dari budaya interaksi sosial di sepanjang pesisir Selat Malaka. Kedai kopi di Aceh menjadi ruang publik netral di mana masyarakat bisa melakukan aktivitas sosial dan ekonomi. Hingga kini, kedai kopi tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk bersosialisasi. Tetapi juga menjadi ruang transaksi ekonomi kecil seperti jual beli tanah atau ternak.
Jika berkunjung ke Aceh, mengunjungi kedai kopi adalah pengalaman unik yang menawarkan bukan hanya cita rasa kopi. Tetapi juga tradisi dan suasana khas masyarakat Aceh yang kaya akan budaya. (Aye/Sg).
Baca Juga : Gaes !!! Mengangkat Pamor Produk Kopi Papua ke Kancah Internasional