Malang, Suara Gong. Beragam kuliner ada di Kota Malang. Tak hanya kuliner Nusantara, kuliner mancanegara pun ada di Kota Romantis ini. Vietcong, misalnya. Kedai ini menyajikan beragam makanan ala Vietnam Street. Berbahan mie beras dicampur topping daging ayam dan sapi juga banyak digemari masyarakat.
Lapak Vietcong, sendiri berlokasi di selasar warung legendaris Malang, di sekitar Sate Gebug 1920, Kayutangan, Kota Malang.
Menu ala Vietcong, terbuat dari mie beras, dinamai Pho. Pho, berasa enak setelah dilengkapi taburan bawang bombai dan daun ketumbar lalu disiram dengan kuah rempah segar.
Vietcong, yang buka sejak 26 Agustus 2022 ini memiliki peminat cukup banyak. Buka sejak pukul 18.00 WIB, tak butuh waktu lama sekitar tiga jam, 150 porsi Pho, sudah habis diburu pencinta kuliner.
Membawa konsep street food atau biasa disebut kuliner jalanan, tempat makan ini ingin membawa konsep kuliner dari negaranya Vietnam ke Kota Malang.
“Sejak awal buka, daya tarik pecinta kuliner ke kita memang luar biasa. Sejauh ini bukan hanya dari Malang saja, ada dari Blitar, Pasuruan, hingga dari Surabaya,” ucap Brian Gaga, selaku manajer Operasional Vietcong Malang.
Pelanggan yang datang tak hanya muda-mudi dari kalangan mahasiswa dan milenial. Dari kelompok lansia juga menikmati sajian kuliner ini. Menurut mereka, lebih sedap ketika disantap setelah hujan reda di Kota Malang.
Vietcong, didirikan oleh empat orang. Sebenarnya bermula dari estalasi produk unit inti berupa jasa boga. Dimana unit ini berfungsi sebagai penyedia menu, produk makanan olahan, bumbu hingga mekanisme manajerial dan operasional F&B (Food and Beverage)
Pertama menginisiasi usaha ini adalah Ahmad Kabri. Dia sekaligus generasi ketiga Sate Gebug 1920. Kabri, berinisiatif untuk melebarkan lini usaha yang tidak hanya fokus pada end user. Namun juga membuat rumah produksi yang hasil produksinya disuplai ke berbagai tempat, salah satunya Vietcong.
“Karena sedianya memang kedai kami tidak menjual lebih dari 150 porsi perhari, tujuannnya selain menjaga kualitas agar pelanggan tidak bosan. Kami juga menjaga relasi sosial dengan pelanggan yang sering mampir ke kedai” ucap Brian Gaga.
“Strategi kami selanjutnya adalah mengeluarkan satu persatu menu ala Vietnam & Indochina yang sudah di formulasikan, tunggu waktu rilis yang tepat saja” tutup Brian.
(riz/eko)