Malang, Suara Gong. Setelah melakukan ekskavasi di Gua Denisova di Selatan Siberia, para ilmuwan berhasil menemukan liontin milik seorang wanita. Dugaan pakar liontin tersebut telah ada dari 19-24 ribu tahun yang lalu, dan didalamnya terdapat sisa material genetic yang tertinggal.
Wanita yang diketahui dari kelompok Ancient North Eurasian atau merupakan nenek moyang Amerika. Dari percobaan yang dilakukan untuk mengetahui DNA dari artefak jaman batu tersebut, akhirnya para ilmuwan berhasil mengekstrasi DNA tersebut.
“Sebuah penemuan yang luar biasa, lewat penemuan ini kita bisa mengetahui tugas apa saja yang dikerjakan oleh wanita dan pria di masa lalu” ungkap Marie Soressi, salah satu professor Fakultas Arkeologi Leiden University.
Dalam jurnal natur diungkapkan, teknik baru yang digunakan dalam penelitian DNA adalah dengan merendam benda artefak (liontin) kedalam natrium fosfat. Kemudian dilakukan peningkatan suhu secara bertahap hingga DNA dilepaskan kedalam larutan yang ada, hingga kemudian DNA tersebut diurutkan oleh ilmuwan.
“Dari penemuan ini kami memiliki gambaran jelas melalui bukti langsung dari artefak” tabah Marie.
Pada penelitian lain, umumnya teknik yang digunakan menggunakan bor kecil kemudian diekstrak dari artefak yang ada. Dan hasilnya sendiri bisa tercampur antara DNA artefak berupa tulang dengan manusia itu sendiri.
Meskipun demikian, teknik baru ini hanya mampu digunakan pada jenis artefak yang baru ditemukan. Artinya belum terkontaminasi oleh DNA manusia modern, hal yang sama juga tidak bisa dilakukan pada artefak tulang dari Gua Quincay Perancis pada 1970-1990 lalu.
Wah gaes! DNA nenek moyang Amerika saja sudah terpecahkan, kira-kira kapan ya DNA manusia Indonesia terpecahkan? (bil)