Malang,Suaragong – Bagi mereka yang tidak suka dengan Nahdlatul Ulama (NU) damai pasti bertepuk tangan saat melihat dua kader terbaiknya, Gus Ipul dan Cak Imin bersebarangan pendapat pasca Pemilu 2024. Mereka berdua sebagai panutan umat ternyata tak akur. Mengapa tak segera move one lagi pasca pemilu. Bukankah masih banyak pekerjaan lain yang lebih besar untuk segera diselesaikan mereka berdua. Saat melihat ketidak akuran antara Gus Ipul dan Cak Imin, memunculkan banyak pertanyaan dan penafsiran.
Kalau hasil penafsirannya positif tidak masalah, bisa menguntungkan umat. Beda lagi kalau penafsirannya negatif. Akan menimbulkan gap/jarak yang semakin lebar antara keduanya. Beriktutnya akan memunculkan sentimen negatif yang mempengaruhi kerukunan warga Nahdiyin. Publik mengetahui, perang pendapat antara Gus Ipul dan Cak Imin diawali dari kata ‘makelar’ yang dilontarkan oleh Cak Imin. Ketua Umum PKB yang juga cawapres nomor urut 01 Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin pun buka suara.
Cak Imin meminta kader dan relawan 01 mengabaikan pernyataan Gus Ipul. “Selamat pagi para pejuang perubahan!Teruslah bekerja menjaga suara rakyat,” ujar Cak Imin dari akun X (dulunya Twitter). Cak Imin meminta para relawan dan kader PKB mengabaikan Gus Ipul. Bahkan, dia menyebut Gus Ipul makelar. Sebelum kalimat Cak Imin mengiasi Akun X, awalnya Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul meminta PKB kembali ke jalan Nahdlatul Ulama (NU) usai Pemilu 2024. Gus Ipul mengajak PKB menghormati hasil Pemilu.
Gus Ipul mengaku bingung dengan maksud perkataan Cak Imin. “Saya nggak tahu maksudnya apa makelar itu? Kan saya bingung juga makelar. Tapi makelar itu sama dengan mungkin konsultan alias kongkonane wong sing kesulitan, ya to?,” kata Gus Ipul, digedung Grahadi Surabaya.
“Saya nggak ngerti maksudnya makelar, nggak paham. Tapi lihat pernyataan saya baik-baik itu kelihatan betul, bisa dibaca dan diikuti. Silakan misalnya dipertimbangkan, kalau nggak ya nggak apa-apa,” tambahnya.
Gus Ipul menyebut seharusnya PKB bisa menerima quick count dan real count KPU terkait Pilpres 2024. Apalagi, PKB sudah menyatakan menerima quick count Pileg 2024. “Kita ingin kalau memang PKB ini bagian dari NU, ya minta nasehat, konsultasi sama Rais Aam, Ketum (PBNU), kan nggak ada salahnya. Jangan hanya diklaim aja NU ini,” tambahnya.
“Tapi nggak ada konsultasi, minta nasihat lah paling tidak kalau dianggap NU sebagai pendirinya PKB. Dan saya sampaikan khusus pilpres ya, kalau soal pileg sudah sering disampaikan ketum, ya sudah semua ini jalan, nggak ada yang nggak jalan,” tandas Gus Ipul.
Apakah perseteruan keduanya akan berlanjut terus. Sangat disayangkan, bila masalah itu terus berlanjut dan bisa merugikan organisasinya. Saya melihat PKB masih membutuhkan NU. Sebaliknya NU juga masih membutuhkan PKB. Meskipun secara tegas, NU tidak akan berpolitik praktis. Kini masih ada waktu, untuk saling tabayun. Saling menjaga egonya masing-masing. Supaya suasana tetap dingin dan damai. Apalagi tahapan Pemilu dan Pilpres 2024 belum tuntas. Sekali lagi masyarakat sudah pandai dan pintar untuk memilih dan memilah perkataan pemimpinnya. Ayo akur lagi Gus Ipul dan Cak Imin. Masyarakat sudah bosan dengan perang pendapat. Saat ini masyarakat sedang menunggu harga beras turun dan murah. (red/man)