Gaes !!! FOMO Sering Menyerang Anak Muda & Freshgraduate
Share

SUARAGONG.COM – Pernahkah kamu merasa cemas saat melihat teman-temanmu memposting foto-foto seru di media sosial? Atau merasa tertinggal ketika tidak mengikuti tren terbaru? Jika iya, kamu tidak sendirian. Fenomena ini dikenal dengan istilah FOMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan akan ketinggalan, yang semakin marak di kalangan anak muda di era digital ini.
Apa itu FOMO?
FOMO adalah perasaan cemas atau khawatir yang muncul ketika seseorang merasa bahwa orang lain sedang menikmati pengalaman yang lebih menyenangkan atau bermakna tanpa dirinya. Perasaan ini sering kali dipicu oleh media sosial, di mana kita terus-menerus melihat pembaruan dari kehidupan orang lain. memang dari zaman sekarang yang canggih, berbagai informasi lebih cepat ditangkap dan di terima.
Bayangkan kamu sedang scroll feed Instagram dan melihat teman-temanmu pergi ke konser, makan di restoran keren, atau berlibur di tempat eksotis. Saat itulah FOMO mulai muncul, membuat kamu merasa tidak puas dengan apa yang kamu lakukan atau di mana kamu berada.
Diketahui bahwa, Fear of missing out pertama kali dikenalkan oleh profesor dari Oxford University, Dr. Andrew K. Przybylski, pada tahun 2013. Menurutnya, penyebab utama seseorang mengalami sindrom ini adalah perasaan tidak puas dan tidak bahagia dengan dirinya sendiri. Tidak hanya remaja, siapapun bisa mengalaminya. sc : (Satu_Persen)/(Psychology Today: The Psychology of FOMO).
Mengapa FOMO Bisa Terjadi?
Dari sudut pandang psikologis, FOMO bisa disebabkan oleh beberapa faktor (satupersen) :
- Kebutuhan Sosial: Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk merasa diterima dan terhubung dengan orang lain. Melihat teman-teman yang tampak bahagia dan aktif bisa membuat kita merasa tertinggal atau tidak cukup.
- Ketidakamanan Diri: Jika kamu memiliki rasa tidak percaya diri atau merasa kurang, kamu mungkin lebih rentan terhadap FOMO. Membandingkan diri dengan orang lain di media sosial bisa memperparah perasaan ini.
- Kebiasaan Digital: Kebiasaan memeriksa media sosial secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko FOMO. Semakin sering kita terpapar pada highlight kehidupan orang lain, semakin besar kemungkinan kita merasa tertinggal.
Dampak FOMO pada Kesehatan Mental
Menurut American Psychological Association: Understanding the Impact of FOMO. FOMO tidak hanya membuat kita merasa cemas atau tidak nyaman, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental secara keseluruhan. Beberapa dampaknya antara lain:
- Stres dan Kecemasan: Perasaan terus-menerus khawatir tentang ketinggalan bisa menyebabkan stres dan kecemasan berlebih.
- Depresi: FOMO yang kronis dapat menyebabkan perasaan tidak puas yang berlarut-larut dan bahkan depresi.
- Isolasi Sosial: Ironisnya, FOMO bisa membuat kita merasa lebih terisolasi, karena kita terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dan merasa tidak cukup.
FOMO di Kalangan Lulusan Baru/Freshtgraduate
Mari kita lihat sebuah kasus yang sering dialami oleh anak muda yang baru saja lulus dari jenjang pendidikan tertentu. Bayangkan seorang lulusan baru, sebut saja Rina, yang baru saja menyelesaikan kuliah dan mulai mencari pekerjaan. Di media sosial, Rina melihat teman-temannya membagikan berita tentang pekerjaan baru mereka, liburan mewah, dan bahkan melanjutkan studi di luar negeri. Rina mulai merasa cemas dan khawatir. Perasaan ini membuat Rina terus-menerus memeriksa media sosial untuk memastikan dia tidak ketinggalan apa pun. Setiap kali dia melihat update baru, perasaan cemas dan tidak puas semakin meningkat. Inilai contoh sederhana dari fomo itu.
Contoh lain adalah ketika kamu diajak pergi ke cafe, tanpa banyak pikir kamu langsung menerimanya karena takut akan kehilangan momen atau sesuatu yang menarik. dan kamu takut ketinggalan atau melewatkan hal seru yang ada di otakmu itu. kalau kita tidak ikut.
Cara Mengatasi FOMO
- Kurangi Penggunaan Media Sosial: Cobalah untuk mengurangi waktu yang kamu habiskan di media sosial. Tentukan batas waktu harian dan patuhi batasan tersebut. Mengambil jeda digital atau detox media sosial juga bisa membantu.
- Fokus pada Diri Sendiri: Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, fokuslah pada hal-hal yang membuatmu bahagia dan merasa puas. Hargai pencapaianmu sendiri dan jangan biarkan standar orang lain menentukan kebahagiaanmu.
- Praktikkan Mindfulness: Mindfulness atau kesadaran penuh dapat membantumu tetap berada di saat ini dan menghargai apa yang kamu miliki. Latihan pernapasan, meditasi, atau yoga bisa membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan mental.
- Terhubung dengan Orang di Dunia Nyata: Alihkan perhatian dari dunia maya ke dunia nyata. Habiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman, dan bangun hubungan yang bermakna tanpa merasa tertekan oleh apa yang kamu lihat di media sosial. (Harvard Business Review : How to Overcome FOMO)
Menghadapi FOMO memang tidak mudah, terutama di era di mana kita terus-menerus terhubung dengan dunia maya atau media sosial. Namun, dengan kesadaran dan usaha untuk fokus pada diri sendiri, kita bisa mengatasi perasaan cemas ini dan menemukan keseimbangan yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari. Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari membandingkan diri dengan orang lain, tetapi dari menghargai dan menikmati momen-momen kecil dalam hidup kita sendiri. (Aye/Sg).