SUARAGONG.COM – Belakangan ini, peneliti di Belanda mengungkapkan kekhawatiran serius. Kali ini Mengenai dampak gelombang radio dari jaringan satelit Starlink milik Elon Musk terhadap penelitian astronomi. Menurut Institut Astronomi Radio Belanda (ASTRON), satelit generasi baru yang menyediakan internet cepat di seluruh dunia ini dapat menghalangi kemampuan ilmuwan untuk mengintip ke alam semesta. Dimana menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada kemampuan observasi teleskop radio.
Satelit Starlink Ancaman terhadap Observasi Astronomi
Satelit Starlink, yang kini jumlahnya sudah mencapai sekitar 6.402 satelit yang mengorbit Bumi pada ketinggian sekitar 342 mil (550 km). Hal ini diperkirakan menjadi penyedia terbesar layanan internet satelit. Namun, peningkatan jumlah satelit ini telah membutakan teleskop radio. Yang mana mengamati berbagai fenomena luar angkasa, seperti jet yang dipancarkan dari lubang hitam dan galaksi paling awal yang jauh dari Bumi.
Profesor Jessica Dempsey, Direktur ASTRON, menegaskan. “Setiap kali lebih banyak satelit diluncurkan dengan tingkat emisi seperti ini, kita semakin jarang melihat langit.” Gangguan dari satelit generasi kedua, yang dikenal sebagai V2, 32 kali lebih kuat daripada generasi pertamanya. Jumlah radiasi yang dipancarkan oleh satelit-satelit ini bahkan melampaui batas yang ditetapkan. Sebagaimana berdasarkan International Telecommunications Union (ITU).
Keuntungan dan Biaya
Satelit Starlink memberikan kecepatan internet yang mengesankan, sering kali hingga empat kali lebih cepat daripada rata-rata. Mereka telah berhasil menghubungkan daerah-daerah terpencil di seluruh dunia, termasuk Ukraina dan Yaman. Namun, para astronom berpendapat bahwa kemudahan ini datang dengan biaya yang mahal. Penelitian yang dilakukan menggunakan teleskop radio LOFAR pada bulan Juli menemukan bahwa radiasi elektromagnetik yang tidak diinginkan dari satelit Starlink hampir 10 juta kali lebih terang daripada sumber cahaya terlemah yang teridentifikasi, membuatnya seperti membandingkan “bintang paling redup yang terlihat oleh mata telanjang dan kecerahan Bulan purnama,” menurut Cees Bassa, penulis utama penelitian tersebut.
Masa Depan Pengamatan Astronomi
Dengan SpaceX meluncurkan sekitar 40 satelit Starlink generasi kedua setiap minggu, situasi ini diprediksi akan semakin memburuk. Robert Massey, Wakil Direktur Eksekutif Royal Astronomical Society di Inggris, menyatakan pentingnya tindakan segera: “Sangat jelas bahwa jika Anda memiliki sesuatu yang sangat terang yang membahayakan observatorium radio besar, maka kita perlu melakukan sesuatu dan kita perlu melakukannya dengan cepat.”
Dalam perkembangan teknologi luar angkasa yang pesat, Amazon juga tengah mengembangkan jaringan satelitnya sendiri dan berencana untuk meluncurkan setidaknya 3.000 satelit dalam beberapa tahun mendatang. Diperkirakan pada tahun 2030, jumlah satelit yang mengorbit akan melampaui 100.000.
Dengan meningkatnya jumlah satelit yang diluncurkan ke luar angkasa, tantangan bagi para astronom untuk mengamati alam semesta semakin besar. Meskipun jaringan satelit seperti Starlink menawarkan konektivitas yang lebih baik bagi banyak daerah, penting untuk menemukan keseimbangan antara inovasi teknologi dan pelestarian kemampuan kita untuk menjelajahi dan memahami alam semesta. (Aye/Sg).