Lumajang, Suaragong – Kabupaten Lumajang terkenal sebagai salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Timur. Akan tetapi nasib malang menimpa para petani di Lumajang. Mereka tak bisa menikmati keuntungan di tengah naiknya harga gabah. Hal tersebut sebagai akibat hama tikus menyerang ratusan hektar lahan pertanian milik para petani.
Baca Juga : Naiknya Harga Gabah di Lumajang
Kronologi
Mukhamad mengatakan ada 100 hektare lahan tanaman padi di Desa Mojosari dan Labruk Kidul Kecamatan Sumbersuko, Lumajang yang gagal panen akibat serangan hama tikus.
Hama tikus menyerang lahan pertanian di Lumajang sudah terjadi sejak hampir dua musim tanam dan paling parah terjadi awal bulan Juli sehingga membuat petani resah. Hama tikus menyerang tanaman padi yang berumur 15 hari hingga 2 bulan lebih setelah masa tanam.
Tanggapan Petani terhadap Hama Tikus
Soir selaku petani padi dan polowijo anggota kelompok tani “dewi sri” mengatakan bahwa tikus tidak hanya menyerang tanaman padi saja. Jagung, terong dan tomat juga diserang batangnya sehingga kerugian cukup besar di deritanya. Ia mengatakan bahwa modal bertaninya sudah habis karena tidak ada panen yang didapat. Selanjutnya ia mohon pihak terkait untuk membantu gerakan pengendalian bersama yang melibatkan seluruh petani agar gerakan ini serentak se Kabupaten Lumajang
Supriyo selaku petani juga mengatakan dampak kerugian per hektar jika menanam padi sekitar 7 juta rupiah. Tingkat kerugian akan lebih tinggi lagi kalau menanam komoditas hortikultura. Inilah tantangan para petani yang dipaksa berjuang sendiri tanpa ada campur tangan pemerintah daerah.
Kami hanya khawatir kedepannya petani enggan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan kalau terus di biarkan lahan pertaniannya akan dijual untuk industri dan perumahan.
Penyebab Hama Tikus Semakin Banyak
Menurut Supriyo serangan tikus ini diakibatkan rusaknya ekosistem di lahan pertanian. Predator alami tikus seperti ular sawah dan burung hantu yang sudah semakin langka. Hal tersebut mengakibatkan populasi tikus berkembang cepat tanpa ada keseimbangan pada rantai makan. (Fz/Sg).
Comments 2