Kini, di bawah komando Presiden Prabowo, impian besar itu kembali dicanangkan. “Saya yakin, paling lambat 4–5 tahun ke depan, kita akan mencapai swasembada pangan,” ujar Presiden Prabowo penuh optimisme. Menurutnya, ketergantungan pada impor beras harus segera diakhiri, dan Indonesia harus mampu memproduksi kebutuhan pangannya secara mandiri.
Langkah Strategis Mewujudkan Swasembada Pangan
Presiden Prabowo mengungkapkan bahwa pemerintahannya telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mencapai tujuan swasembada. Salah satu langkah tersebut adalah memastikan ketersediaan lahan baru sebagai lumbung pangan. Selain itu, pemanfaatan teknologi modern dalam pertanian, distribusi bantuan yang tepat sasaran, serta pengembangan sistem irigasi dan infrastruktur pertanian juga menjadi kunci utama dalam memperkuat sektor ini.
Di samping pangan, Prabowo juga menekankan pentingnya swasembada energi. Dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, seperti kelapa sawit untuk biodiesel, serta energi terbarukan dari sumber geothermal, tenaga air, hingga batu bara, Indonesia diyakini mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri. Prabowo menilai ketergantungan pada impor energi merupakan ancaman besar bagi kedaulatan negara, terutama di tengah ketidakstabilan geopolitik global.
Tantangan dan Kenyataan di Lapangan Menuju Swasembada Pangan
Walaupun optimisme pemerintah begitu tinggi, tantangan untuk mewujudkan swasembada pangan tidak dapat dianggap enteng. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hingga September 2024, volume impor beras Indonesia mencapai 3,23 juta ton, meningkat 80,68 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kenaikan impor ini diakui oleh Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Fajarini Puntodewi sebagai upaya untuk menghindari kelangkaan dan fluktuasi harga pangan. Namun, Fajarini tetap optimistis bahwa program swasembada pangan di bawah kepemimpinan Prabowo akan segera membuahkan hasil.
Salah satu tantangan besar lainnya adalah perubahan iklim. El Nino yang terjadi pada 2024 menyebabkan penurunan produksi pangan, khususnya beras, yang diproyeksikan hanya mencapai 30,34 juta ton, atau turun sebesar 0,76 juta ton dari tahun sebelumnya. Cuaca ekstrem dan kekeringan menjadi penyebab utama penurunan produksi ini.
Namun, BPS memperkirakan bahwa produksi beras akan kembali meningkat pada paruh kedua tahun 2024, seiring dengan pulihnya kondisi cuaca. Pemerintah pun tetap optimis bahwa dengan pengelolaan yang tepat, tantangan cuaca dan infrastruktur ini dapat diatasi.
Komitmen pada Kesejahteraan Rakyat
Swasembada pangan bukan hanya soal meningkatkan produksi, tetapi juga memastikan bahwa hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Presiden Prabowo menekankan pentingnya hilirisasi komoditas untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat ekonomi nasional. Dengan demikian, tidak hanya petani yang diuntungkan, tetapi seluruh lapisan masyarakat Indonesia akan merasakan dampaknya.
Seiring dengan langkah-langkah strategis yang telah direncanakan, harapan untuk mewujudkan swasembada pangan di era Presiden Prabowo semakin mendekati kenyataan. Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan kepemimpinan yang berkomitmen, tampak siap untuk meraih kembali cita-cita sebagai negara mandiri dalam produksi pangan dan energi.
Dengan dukungan dari berbagai sektor, mulai dari pemerintah hingga masyarakat luas, momentum ini diharapkan dapat membawa Indonesia menuju kemandirian pangan yang berkelanjutan dalam beberapa tahun mendatang. (Aye/Sg).
Baca Juga : Gaes !!! Program 3 Juta Rumah di Era Pemerintahan Prabowo