Probolinggo, Suara Gong. Pada puncak musim kemarau kali ini, stok gabah petani menipis dan harga jual terus terkerek naik. Buntutnya, pedagang beras mulai kesulitan memperoleh pasokan beras. Harga beras terkoreksi merangkak naik, sejak awal Agustus 2023 lalu.
Kenaikan harga beras sekitar Rp1.500-Rp2.500 per kilogram itu terjadi di tingkat distributor hingga toko pengecer beras. “Benar, harga beras memang naik, tidak hanya di Probolinggo tetapi hampir di seluruh tanah air juga naik sejak awal Agustus lalu,” kata Adi Susanto Saputro, pemilik Usaha Dagang (UD) Akas, distributor beras di Jalan Mastrip, Kota Probolinggo, Minggu (27/08/2023).
Baca Juga : Gaes !!! Waspada ya Kemarau Panjang Rawan Kebakaran, di Probolinggo sudah 31 Kejadian
Adi merinci, harga beras medium sekarang naik menjadi Rp12.500. Beras premium Rp 13.500 per kilogram, atau selisih Rp1.500 hingga Rp2.500 dari harga sebelumnya. Kenaikan harga beras ini terjadi sejak awal Agustus lalu. Dan sudah melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah.
“Harga beras sesuatu HET sebesar Rp10.900 per kilogram. Pemicu kenaikan harga beras, banyak faktor. Memang pasokan gabah dari petani menipis. Sebagian petani gagal panen karena kemarau panjang,” tandasnya.
Disisi lain, harga gabah di tingkat petani mencapai Rp7.000, hingga Rp7.100 per kilogram. Sementara untuk harga normal gabah Rp5.700 per kilogram.
“Faktornya karena cuaca, sehingga hasil panen petani berkurang, bahkan gagal panen. Kondisi ini juga terjadi di daerah lain yang mana gabah petani saat ini menjadi rebutan di tingkat distributor,” ucap Adi.
Adi juga mengaku, mengurangi pembelian gabah maupun beras dari petani hingga 70 persen, sejak terjadi kenaikan harga. “Naiknya harga beras ini mempengaruhi faktor pembelian konsumen,” tuturnya.
Soal naiknya harga beras juga diakui Ma’ruf, pedagang beras eceran lain di Probolinggo. Dia pun harus menaikkan harga jual beras karena harga kulak di distributor naik.
“Meski harga beras naik, pasti terjual. Sebab, beras merupakan bahan makanan pokok di negeri ini. Bagi saya ada keuntungan Rp500 sampai Rp1.000 per kilogram beras sudah cukup,” katanya.
Di kalangan masyarakat, sudah mulai terjadi perilaku menyiasati kenaikan harga beras. Sekeluarga biasa mencampurkan beras dengan jagung. Menurut warga, nasi jagung justru bikin perut kenyang lebih lama.
“Saya sudah tak mampu lagi membeli sekarung beras seberat 25 kilogram. Terpaksa membeli beras sebanyak satu liter per hari untuk mencoba menyiasati tingginya harga bahan pokok yang sudah menjadi makanan sehari-hari keluarga,” terang Eli Ernawati, warga Kelurahan Kebonsari Wetan, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo.
Perempuan berusia 48 tahun itu mengaku membeli seliter beras kualitas medium, seharga Rp 13.000,- atau naik dari harga sebelumnya Rp11.000 per liter.
“Jadi sekarang belinya per liter. Yang lima kilo, saya bisa seminggu. Jadi ngirit-ngirit, mengurangi porsi. Kita ngirit-ngirit, aturan biasa masak seliter ya sekarang masaknya setengah liter,” pungkas Eli Ernawati.(hud/eko).