Batu, Suara Gong
Aktifitas Pasar Induk Among Tani Kota Batu mulai nampak ramai sejak dibuka untuk umum pada Senin 2 September 2023. Sesuai dengan Surat Edaran dari UPT Pasar Kota Batu nomor nomor 644/ 246/422.113.001/2023. Pedagang dan pengunjung telah diperbolehkan untuk melakukan aktivitas jual beli.
Pengunjung nampak antusias entah hanya berjalan-jalan bersama keluarga atau mencari barang kebutuhan di pasar tradisional yang digadang-gadang menjadi terbesar dan termegah di Indonesia ini.
Seperti disampaikan oleh salah satu pengunjung, Ahmad Saiful yang datang bersama keluarganya. Dirinya mengaku sudah berkeliling pasar bersama keluarganya seperti ke food court dan melihat baju untuk anak-anaknya.
“Pasar sekarang nyaman, bersih, dan megah. Jadi enak kalau ajak keluarga jalan-jalan, tapi masih banyak kios yang kosong. Begitu juga toilet, tadi banyak yang kebingungan memfungsikan toilet duduk,” kata warga asli Desa Sidomulyo ini.
Sementara itu, salah satu pedagang daging, Choirul Bakri mengutarakan kalau pasar baru fisiknya cukup bagus. Cuma ada beberapa fasilitas yang kurang antara lain colokan listrik. “Soalnya saya kan jual daging, jadi butuh colokan untuk menempatkan freezer kulkas. Untuk luasan 2×3 meter bagi kami sudah cukup, kalau segi keamanan pedagang tentu menambahkan sendiri misal rantai atau gembok biar aman,” katanya.
Baca Juga : Gaes !!! Omset UMKM Toko Kelontong Tembus Rp 236 Triliun Pada 2023 Setelah Didukung SRC
Untuk penjualan hari pertama, omzetnya sudah terbilang lumayan meski para pelanggan sempat mencari keberadaan kiosnya. “Alhamdulillah hari pertama jualan sudah lumayan meski hanya para pelanggan saya saja. Semoga nanti makin ramai,” tuturnya.
Senada, pedagang jajanan kering, Totok Andritanto mengatakan hari pertama jualan omzetnya sudah lumayan, meski masih tahap penjajakan karena banyak pelanggannya yang belum tahu tempat ia berjualan.
“Lumayan ramai, tapi pihak pengelola harusnya memberikan kelonggaran aturan, soalnya saya tidak diperbolehkan mengeluarkan dagangan saya dari area bedak. Kan ini bedaknya kekecilan,” katanya.
Selain itu, Totok berharap nanti iuran bedak abonemen yang memiliki SK setiap bulannya tidak terlalu mahal. Pasalnya meski belum ada informasi pasti dirinya mendengar beberapa isu bila iuran perhari yang akan diberlakukan Rp 10 ribu sehari tiap bedak.
“Ada juga informasi perbulan Rp 100 ribu setiap bedak. Meski belum pasti saya berharap nanti bisa lebih murah, soalnya saya ada 5 bedak,” katanya. Tentu bila ditotal Totok harus membayar iuran Rp 500 ribu tiap bulannya. Hal itu dirasa sangat memberatkan bagi para pedagang.
“Soalnya dari iuran itu belum mengcover tarikan kebersihan, sampah, dan lainnya. Dulu masih pasar lama tiap bulan saya membayar iuran bulanan Rp 65 ribu setiap 2 bedak. Namun bila nanti kemahalan tentu para pedagang akan menyampaikan keluhan kepada UPT. Setidaknya negosiasi lah biar nanti kami tidak keberatan,” tutupnya. (mf/man)