SUARAGONG.COM – Industri manufaktur terus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, khususnya sektor pengolahan nonmigas. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan III-2024, kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 17,18 persen, naik dari 16,70 persen pada triwulan sebelumnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai pencapaian ini sebagai hasil kerja keras pelaku industri yang mampu bertahan di tengah dinamika global, termasuk persaingan dengan produk impor. “Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencerminkan ketangguhan pelaku industri menghadapi tantangan global dan derasnya gempuran produk impor,” ujar Agus dalam keterangannya, Rabu (6/11/2024).
Kontribusi Besar Industri Manufaktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 4,95 persen secara tahunan, sektor manufaktur menyumbang 0,96 persen terhadap pertumbuhan tersebut. Sektor ini menjadi penyumbang terbesar dibanding sektor lainnya, memperkuat posisinya sebagai pilar utama perekonomian.
Beberapa subsektor manufaktur menunjukkan performa gemilang. Industri makanan dan minuman tumbuh 5,82 persen, didorong oleh tingginya permintaan domestik dan peningkatan ekspor minuman. Industri logam dasar mencatatkan pertumbuhan 12,36 persen, dengan permintaan besi dan baja yang terus meningkat di pasar ekspor. Sementara itu, sektor barang logam, elektronik, komputer, optik, dan peralatan listrik tumbuh 7,29 persen, terutama berkat tingginya permintaan luar negeri.
Data Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia menunjukkan tren positif, dengan indeks pada triwulan III-2024 berada di level ekspansi 51,54 persen. Kapasitas produksi terpakai mencapai 73,13 persen, mengindikasikan sektor manufaktur tengah beroperasi optimal.
Optimisme pelaku usaha turut terkonfirmasi melalui Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang mencatat 95,1 persen pelaku usaha merasa stabil atau optimis terhadap prospek bisnis. Pada Oktober 2024, keyakinan pelaku usaha naik 1,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya, mencerminkan harapan positif terhadap iklim usaha yang lebih kondusif.
Kebijakan dan Infrastruktur
Meski menunjukkan tren positif, dukungan kebijakan tetap diperlukan untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan. Menperin Agus Gumiwang menegaskan perlunya implementasi regulasi seperti pembatasan impor dan safeguard guna melindungi produk lokal.
Pemerintah juga berfokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk usulan pengembangan pelabuhan di Sorong, Bitung, dan Kupang sebagai pintu masuk produk impor. Infrastruktur tersebut diharapkan dapat mempercepat distribusi barang, khususnya di kawasan timur Indonesia.
Selain itu, Kementerian Perindustrian tengah menggodok Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan energi industri. Kebijakan ini penting untuk meningkatkan efisiensi energi, sehingga sektor manufaktur mampu bersaing secara global.
Tantangan dan Peluang
Industri manufaktur Indonesia memiliki potensi besar untuk terus tumbuh, tetapi tantangan global tetap ada, terutama terkait daya saing dan inovasi. Dengan dukungan kebijakan, infrastruktur yang memadai, dan akses energi terjangkau, sektor ini memiliki pondasi kuat untuk menghadapi persaingan internasional.
Sebagai kontributor utama terhadap PDB, industri manufaktur tidak hanya menjadi motor penggerak ekonomi, tetapi juga simbol kekuatan dan potensi besar Indonesia dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. (Aye/sg)
Baca Juga : Gaes !!! DPR Dukung Kebijakan Perlindungan Industri Tekstil, Sritex Jadi Sorotan
Sumber : indonesia.go.id