Batu, Suara Gong. Dampak ditutupnya TPA Tlekung membuat masyarakat Kota Batu kalang kabut, akhirnya mereka memilih membakar sampah di rumah pada malam hari. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi intensitas peningkatan polusi udara di siang hari serta pengumpulan sampah habis pakai dapat dilakukan secara masif di akhir hari.
Hal ini disampaikan oleh Kusnan warga Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu, kepada Suaragong.com, Rabu (6/9/2023). ” Awalnya sampah yang bisa dipilah seperti botol air mineral kami pisahkan, selebihnya saya bakar semua di depan rumah saat malam hari. Sampah sisah makanan dan pampers ini saya masih bingung, apakah harus di jemur dahulu baru dibakar atau gimana,” ungkapnya.
Baca Juga : Gaes !!! Pedagang Disuruh Pilah Sampah, Apa Nggak Kerepotan?
Senada, Sri Haryani yang juga merupakan warga Kecamatan Batu menegaskan bahwa dirinya melakukan pembakaran sampah dimalam hari agar tidak memperparah polusi saat siang hari. “Hampir semua orang melakukan pembakaran dimalam hari. Ini kami lakukan karena kami tidak tinggal dikawasan Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo yang punya akses lahan untuk membuang sampah organik dan lain-lain,” katanya.
Sementara itu, Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu dr Susana Indahwati mengatakan pembakaran sampah yang dilakukan secara tidak terkontrol dan rutin dapat memiliki dampak negatif serius terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Pasalnya, pembakaran sampah menghasilkan emisi gas beracun seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan partikulat matter.
Sehingga paparan jangka panjang terhadap polusi udara tersebut dapat menyebabkan penyakit pernapasan, seperti asma, bronkitis, dan infeksi paru-paru. Karena partikulat matter juga dapat masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan masalah kesehatan serius.
“Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah dapat masuk ke dalam rumah dan mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan. Ini dapat meningkatkan risiko terhadap masalah pernapasan dan penyakit lainnya, terutama pada anak-anak dan orang yang rentan. Apalagi beberapa sampah, seperti plastik, dapat menghasilkan toksin berbahaya saat dibakar. Toksin ini dapat mencemari udara dan tanah di sekitarnya. Inhalasi atau paparan kulit terhadap toksin ini dapat menyebabkan masalah kesehatan, termasuk kerusakan organ,” paparnya.
Apabila terjadi dalam jangka panjang polusi udara dari pembakaran sampah dapat menyebabkan penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan neurologis. Pembakaran sampah yang tidak terkontrol juga dapat mencemari sumber air, seperti sungai dan danau, dengan zat-zat berbahaya yang dapat merusak ekosistem air dan menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang menggunakan air tersebut.
Terlebih bau dan polusi visual dari pembakaran sampah dapat memiliki dampak psikologis pada penduduk sekitar, menyebabkan stres, ketidaknyamanan, dan masalah kesejahteraan mental.
“Jadi untuk mengatasi dampak negatif ini, sangat penting untuk mendorong praktik pengelolaan sampah yang aman dan ramah lingkungan, seperti pengumpulan terpisah, daur ulang, dan pembuangan sampah yang terkendali dan terkelola dengan baik. Pemerintah dan komunitas lokal dapat berperan penting dalam mempromosikan praktik pengelolaan sampah yang lebih baik dan mengurangi risiko kesehatan yang disebabkan oleh pembakaran sampah yang tidak terkontrol,” tutupnya. (mf/man)