Malang, Suara Gong
Gaya hidup mewah atau senang berfoya-foya dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk hedonisme. Dalam KBBI sendiri, hedonisme merupakan pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.
Dikutip dari kompas.com, hedonisme juga dapat diartikan sebagai pandangan hidup yang menganggap bahwa seseorang akan merasakan bahagia dengan cara mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya dan dengan cara bagaimanapun harus menghindar dari perasaan yang dapat membuatnya merasakan sakit.
Salah satu psikolog dan dosen dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra dilansir dari ANTARA mengatakan bahwa orang yang senang hidup bermewah-mewahan menganut hedonism yaitu untuk mengejar kesenangan.
Hedonism muncul karena biasanya ingin mengurangi rasa sakit dalam jiwanya. Misal kelelahan jiwa, kehilangan makna hidup, rasa bersalah, dan lain-lain yang muncul. Menurutnya pula, kebiasaan hidup mewah yang dipamerkan ini akan semakin melekat apabila bertemu dengan lingkungan yang sesuai.
“Jadi selain gaya hidup karena cara berpikir, maka lingkungan dia yang ‘sama’ membuat perilaku hedonism ini semakin menguat. Dalam teori behavioristik, adanya reinforcement positif dari lingkungan akan memperkuat sebuah perilaku,” imbuh Novi dilansir dari ANTARA.
Dalam hal ini, beberapa cara untuk mengatasinya seperti selektif dalam memilih lingkaran pertemanan. Lingkungan memanglah faktor pendukung yang kuat dalam mempengaruhi gaya hidup seseorang. Oleh karena itu, usahakan selektif dalam memilih lingkaran pertamanan tersebut.
Kemudian cara yang lan yaitu menyadarkan diri bahwa hidup bukan tentang senang-senang saja. Sebagai manusia, tentunya harus paham bahwa kehidupan akan selalu berputar. Terdapat waktu dimana perasaan-perasaan senang itu ada. Adapula waktu dimana perasaan sedih atau kesulitan juga turut hadir. (yun/man)