Suaragong.com – Kelesuan pasar ritel di Indonesia saat ini sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan konsumsi dari kalangan masyarakat kelas atas. Menurut Handaka Santosa, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Merek Global Indonesia (Apregindo), kelompok masyarakat dengan daya beli tinggi lebih memilih untuk menahan belanja mereka dan lebih cenderung menghabiskan uang di luar negeri untuk barang-barang mewah yang tidak tersedia di Indonesia.
Baca Juga : Gaes !!! Kebijakan Vital Prabowo Kenaikan PPN 12%
Tanggapan Ketua Umum Apregindo
Handaka mengungkapkan bahwa kondisi ini menyebabkan penurunan kontribusi konsumsi dari kalangan atas, yang berdampak pada sektor ritel untuk produk-produk papan atas. “Saat ini, masyarakat kelas atas Indonesia lebih sering berbelanja barang mewah di luar negeri,” kata Handaka. Untuk itu, ia mendesak pemerintah, khususnya pemerintahan Prabowo-Gibran, agar menciptakan kebijakan yang dapat menarik minat belanja kalangan atas, dengan memastikan ketersediaan barang-barang mewah di pasar domestik.
Menurut Handaka, jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, dampaknya bisa memperburuk perekonomian nasional. “Pemerintah harus mendorong peningkatan daya beli masyarakat, terutama dari kelas atas. Kalau ini tidak diatasi, pertumbuhan ekonomi akan semakin tertekan,” ujarnya. Handaka juga menambahkan bahwa konsumsi rumah tangga yang terhambat, khususnya dari kalangan dengan simpanan lebih dari Rp5 miliar, akan mengganggu fondasi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan bisa mencapai 8 persen.
Menurunnya Daya Beli Masyarakat
Pelemahan daya beli ini tercermin dalam anjloknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perekonomian Indonesia yang tumbuh 5,11 persen pada kuartal I-2024, kini merosot tajam menjadi 4,95 persen di kuartal III-2024. Selain itu, deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024 juga menjadi indikator melemahnya daya belanja masyarakat.
Apregindo berencana untuk mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto, yang berisi keprihatinan terkait anjloknya konsumsi masyarakat kelas atas. “Kami khawatir jika tren ini berlanjut, perekonomian Indonesia bisa semakin jauh dari target yang ditetapkan,” tegas Handaka.
Di sisi lain, data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan adanya peningkatan simpanan masyarakat dengan saldo lebih dari Rp5 miliar, yang naik hingga 8 persen. Hal ini menandakan bahwa kalangan kaya lebih memilih untuk menabung ketimbang mengalokasikan uang mereka untuk konsumsi, yang semakin memperburuk lesunya sektor ritel dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Baca Juga : Gaes !!! Apa Artinya Kenaikan PPN Menjadi 12%?
Jangan Lupa ikuti terus Informasi, Berita artikel paling Update dan Trending Di Media Suaragong !!!. Jangan lupa untuk ikuti Akun Sosial Media Suaragong agar tidak ketinggalan di : Instagram, Facebook, dan X (Twitter). (Fz/Sg).