Suaragong.com – Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024 diperkirakan akan menghambat upaya global dalam mengatasi perubahan iklim. Trump, yang selama ini dikenal sebagai skeptis terhadap isu iklim. Berencana menarik AS dari Perjanjian Paris setelah negara tersebut kembali bergabung di bawah pemerintahan Joe Biden pada 2021. Kebijakan ini dinilai akan memperburuk keadaan, karena perjanjian Paris adalah kesepakatan internasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Dengan Trump di Gedung Putih, langkah-langkah penting dalam menangani perubahan iklim, seperti pendanaan bagi negara berkembang dan pengurangan emisi, dapat terhambat. Negara-negara maju, termasuk AS, telah berperan penting dalam mendanai negara-negara berkembang untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Kebijakan Trump yang cenderung mendukung energi fosil seperti minyak dan gas bertentangan dengan dorongan untuk beralih ke energi terbarukan.
Dampak Terhadap Negosiasi Internasional
Pada pertemuan COP29 mendatang di Azerbaijan, AS kemungkinan tidak akan dapat berkomitmen pada pengurangan emisi global. Prof. Richard Klein dari Institut Lingkungan Stockholm. Ia menyatakan bahwa AS akan menjadi “bebek lumpuh” di pertemuan tersebut, yang akan melemahkan dorongan bagi negara-negara besar seperti China untuk mengambil tindakan serupa.
Meskipun kebijakan Trump dapat memperlambat transisi menuju energi hijau. Perkembangan sektor energi terbarukan di AS tetap terus berjalan, didorong oleh teknologi yang semakin maju dan dukungan masyarakat.
Tantangan Jangka Panjang
Mantan kepala Konvensi Perubahan Iklim PBB, Christiana Figueres, menegaskan bahwa meskipun kebijakan Trump menjadi pukulan besar bagi aksi iklim, perubahan menuju ekonomi rendah karbon akan terus berlanjut di seluruh dunia.
Jangan Lupa ikuti terus Informasi, Berita artikel paling Update dan Trending Di Media Suaragong !!!. Jangan lupa untuk ikuti Akun Sosial Media Suaragong agar tidak ketinggalan di : Instagram, Facebook, dan X (Twitter). (Fz/Sg).