SUARAGONG.COM – Penggunaan antibiotik secara tidak bijak terus menjadi sorotan di tengah meningkatnya kasus resistensi antimikroba (AMR) di Indonesia. Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik, membuat pengobatan infeksi semakin sulit. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Azhar Jaya, SH, SKM, MARS. Dimana Beliau mengungkapkan data peningkatan kasus AMR di Indonesia.
2 Jenis Bakteri Kebal Antibiotik
Data yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel menunjukkan adanya peningkatan resistensi terhadap dua jenis bakteri utama, yaitu Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae. Diaman keduanya dapat menyebabkan infeksi serius dan mengancam nyawa. Pada tahun 2022, 68% kasus resistensi terdeteksi, dan pada tahun 2023 meningkat menjadi 70,75%. Ini menjadi ancaman serius bagi penanganan infeksi di berbagai rumah sakit di Indonesia.
Peningkatan angka resistensi antimikroba ini merupakan dampak dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Termasuk penggunaan tanpa resep atau penghentian pengobatan sebelum waktunya. Dirjen Azhar Jaya menekankan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak sesuai resep dokter sangat berisiko. Karena bakteri yang seharusnya bisa diobati malah menjadi kebal atau terjadinya Resistensi Antimikroba tersebut.
Dampak Resistensi Antimikroba pada Perawatan Pasien
Resistensi antimikroba memberikan tantangan besar dalam perawatan kesehatan. Salah satu dampak utamanya adalah terbatasnya pilihan obat bagi pasien dengan infeksi AMR. Pengobatan menjadi lebih rumit dan memerlukan antibiotik cadangan yang lebih mahal serta berisiko menimbulkan efek samping yang lebih berat. Selain itu, diagnosis pasien AMR seringkali memakan waktu lebih lama karena diperlukan uji laboratorium yang lebih mendetail.
AMR juga meningkatkan biaya perawatan kesehatan karena pasien yang terinfeksi memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit, dan penyebaran infeksi AMR yang cepat membuat rumah sakit harus menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang ketat.
Bijak dalam Menggunakan Antibiotik
Kementerian Kesehatan terus mengkampanyekan penggunaan antibiotik yang bijak. Beberapa langkah yang disarankan antara lain, hanya menggunakan antibiotik jika diresepkan oleh dokter, tidak menggunakan sisa antibiotik dari pengobatan sebelumnya, dan menjaga kebersihan diri untuk mencegah infeksi yang memerlukan antibiotik. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko resistensi antimikroba, diharapkan angka resistensi ini dapat ditekan dan perawatan kesehatan di Indonesia bisa lebih efektif. (Aye/Sg).