Malang, Suaragong – Pengiritan, masyarakat harus mengencangkan ikat pinggangnya. Tindakan itu sebagai upaya untuk pengiritan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Lantaran fakta terbaru harga beras jenis premium tembus Rp 18.000 per kgnya. Tapi kalau urusan perut, apakah bisa dibuat irit. Ya semua itu tergantung individu masing-masing. Yang suka makan nasi, tentu sangat berdampak. Karena saat ini harga beras tergolong mahal. Beda lagi bagi mereka yang tak suka makan nasi.
Menghadapi kenaikan harga beras akan bersikap tenang-tenang saja. Karena tidak setiap saat makan nasi. Ketika harga beras mahal, saya khawatir akan berdampak luas di masyarakat. Misalkan menyebabkan kejadian criminal meninggi. Karena beberapa oknum masyarakat gelap mata. Mengambil harta benda berharga milik tetangga kanan-kiri rumahnya. Atau bisa jadi begal, jambret akan terjadi Dimana-mana. Lantaran hal ini urusan perut.
Apapun akan dilakukan oleh seseorang demi perutnya kenyang. Saya masih teringat dalam sebuah film layar lebar yang menceritakan kisah perjalan Raden Sahid atau Sunan Kalijogo. Pada masa mudanya, dia suka berkelana keluar masuk kampung untuk melihat kehidupan warganya yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Pada satu titik, dia melihat dan mendengar seorang anak menangis tersedu-sedu karena perutnya lapar. Untuk mensiasati, ibu sang anak memasak diatas tunggunya. Tapi masakannya tidak matang-matang. Lantaran yang dimasak sebuah batu.
Melihat fakta itu, Sunan Kalijaga terkejut dan berusaha mencari jalan keluar dengan mengambil beras dari lumbung padi milik keluarganya. Lalu beras tadi diberikan pada sang ibu, yang ditempatkan di depan pintu. Nah melihat fakta semacam itu, saya khawatir ada puluhan bahkan ratusan keluarga yang tidak mampu membeli beras untuk anggota keluarganya mengambil jalan pintas. Misalkan dengan mencuri, mencopet, jambret, merampok dan Tindakan criminal lainnya.
Upaya pemerintah dengan menggelar operasi pasar dan menyerahkan bantuan beras 10 kg per keluarga sudah bagus. Tapi kenapa harga beras masih mahal. Apakah ada yang salah dalam tata niaga beras. Siapapun Menteri Perdagannganya harus punya konsep, bisa mengatur harga kebutuhan pokok agar tidak mahal. Sebagai negara agraris, dimana ada musim panas dan musim penghujan. Mestinya bahan makanan melimpah.
Presiden Jokowi sering menyatakan, kenaikan dan kelangkaan beras bukan saja terjadi di Indonesia saja. Tapi hampir terjadi diseluruh belahan dunia. Perubahan iklim, atau El Nino jadi alasan utamanya, sehingga menyebabkan stok beras dunia menipis.
Lantas rakyat harus bagaimana lagi, pemerintah harus bertanggung jawab atas masalah ini. Jangan sampai harga beras naik lagi. Momen Ramadan, Idul Fitri, biasanya dimanfaatkan distributor untuk menaikan harga bahan pokok. Kalau sudah semacam itu, rakyat harus model pengiritan seperti apa lagi? Mohon jawabnnya pemerintah! (red)
Comments 1