Malang, Suara Gong. Kasus bunuh diri di Malang menjadi sorotan belakangan waktu terakhir. Melihat hal ini, enam mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan aplikasi untuk mencegah bunuh diri. Aplikasi untuk membantu orang yang mengalami gangguan kesehatan mental ini bernama M-Care. Ada enam mahasiswa jurusan teknik mesin yang terlibat dalam pembuatan aplikasi M-Care ini. Mereka adalah Janu Andrean, Clarissa Ratusima Arifi, Faris Idan Auliarahman, Kelvin lowenchris, Michael Kelvin, dan Sa Bashkaran Adi Warman.
Janu Andrean mengatakan, pembuatan aplikasi ini awalnya tercetus dari pengalaman salah satu anggota yang pernah mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, ia mengaku kesulitan mendapatkan penanganan di Malang. Permasalahan itu kemudian coba diselesaikan oleh keenam mahasiswa tersebut. Merumuskan latar belakang hingga riset, dilakukan tim Janu dengan dukungan dari dosen pembimbing Femiana Gapsari.
“Dari riset awal diketahui bahwa orang Indonesia menganggap sehat itu hanya secara fisik saja bukan mental juga. Padahal bisa saja dia sakit tapi dalam keadaan baik-baik saja,” ujar Janu, Senin (12/6/2023).
Dari situ, tercetus ide pembuatan aplikasi layanan konsultasi kesehatan mental dengan dilengkapi beberapa fitur. Mulai dari, fitur pengecekan gangguan kesehatan mental hingga edukasi dalam bentuk artikel, maupun video bagi penderita gangguan kesehatan mental. Kemudian, fitur lainnya adalah fitur emergency bagi seseorang yang benar-benar mengalami gangguan kesehatan mental parah hingga terbayang untuk mengakhiri hidup. Seseorang tersebut bisa menghubungi hotline yang akan tersambung dengan psikiater maupun psikolog.
“Kelebihan aplikasi yang kami buat ini. Dalam berkomunikasi dengan psikiater atau psikolog bisa melalui chat atau video call. Biasanya kalau aplikasi-aplikasi yang sudah ada kan cuma memberikan sarana via chat saja,” terang Janu.
“Kita beri fitur video call ini untuk memfasilitasi orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan mental dan biasanya butuh komunikasi secara face to face. Terlebih, psikolog atau psikiaternya bisa lebih mudah membaca mimik wajah dan mengarahkan,” sambungnya.
Aplikasi yang sudah dirancang sejak Desember 2022 hingga sekarang ini telah masuk dalam proses hak paten. Aplikasi ini juga sudah pernah diikutkan kompetisi di Semarang pada Januari 2023. Hasilnya pun memuaskan, mereka mendapatkan medali emas.
Selain itu, aplikasi M-Care juga menyabet dua penghargaan sekaligus saat mengikuti ajang World Young Investor Exhibition (WYIE) di Kuala Lumpur pada 10 Mei sampai 13 Mei 2023. Dalam ajang yang diikuti 700 peserta dari 17 negara tersebut, Janu dan 5 temannya berhasil meraih medali emas dalam kategori desain dan Asian Young Investor Best Invention Award 2023.
“Semoga setelah aplikasi ini kami patenkan dan dipublikasikan nanti bisa mendapat respons baik dari masyarakat dan bisa membantu mengatasi permasalahan penderita gangguan kesehatan mental,” ungkapnya.
Mengingat beberapa waktu lalu, berulang kali terjadi percobaan bunuh diri hingga satu orang meninggal karena melompat dari Jembatan Sukarno-Hatta (Suhat). Harapannya, dengan aplikasi M-Care ini bisa membantu menangani permasalahan tersebut.
“Kami juga berpesan bagi orang yang mengalami gangguan kesehatan mental jangan takut untuk menghubungi psikolog atau psikiater karena orang mengalami gangguan kesehatan mental bukan hal buruk dan jangan buat itu jadi diskriminasi bagi diri sendiri,” tandasnya. (*/red/man)