SUARAGONG.COM – Minat membaca buku di kalangan anak muda saat ini menunjukkan kecenderungan yang kurang menggembirakan. Rata-rata, mereka hanya menghabiskan waktu sekitar 8 menit sehari untuk membaca buku. Namun mereka juga bisa menghabiskan hingga 8 jam 42 menit per hari untuk mengakses internet. Kondisi ini mencerminkan penurunan budaya literasi yang menjadi sorotan dalam berbagai survei global dan nasional sendiri.
Penurunan Budaya dan Minat Membaca Anak Muda
Namun, di tengah situasi tersebut, sebuah kejadian menarik terjadi di Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin malam (11/11/2024). Toko buku Second Story Books, yang sudah beroperasi sejak 1974 dan dikenal sebagai salah satu yang terbesar di dunia, kedatangan tamu istimewa: Prabowo Subianto, Presiden Indonesia ke-8. Prabowo, yang terkenal sebagai pecinta buku, datang untuk berburu koleksi buku berkualitas, sebuah kegiatan yang menjadi salah satu hobinya sejak lama.
Kunjungan Prabowo ini diabadikan oleh sekretaris pribadinya, Rizky Irmansyah, melalui unggahan di Instagram @rizky_irmansyah. Dalam foto tersebut, Prabowo tampak berdiri di antara rak buku yang penuh dengan ratusan judul. Terlihat bagaimana Minat membaca sambil menyisir buku-buku tentang sejarah Amerika Serikat. Rizky, yang berdiri di sampingnya, terlihat memegang keranjang yang berisi dua buku.
Menurut Rizky, Prabowo memiliki kebiasaan mengunjungi toko buku setiap kali melakukan perjalanan, baik di dalam maupun luar negeri. Bahkan, pada konferensi G20 di Bali pada 2022, Prabowo memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berburu buku. “Ke mana pun beliau pergi, baik dalam maupun luar negeri, selalu ada waktu untuk mengunjungi toko buku,” ujar Rizky.
Prabowo Jadi Teladan Kecintaan pada Buku
Prabowo sendiri mengakui bahwa ia sudah menjadi kutu buku sejak kecil. Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Mei 2024, Prabowo menyatakan bahwa membaca buku baginya adalah cara untuk menjelajahi dunia. Ia juga menceritakan bagaimana keluarganya yang sederhana memberi dorongan baginya untuk mencintai dunia literasi sejak usia muda.
Perpustakaan pribadi Prabowo di kediamannya di Desa Bojongkoneng, Kabupaten Bogor, dipenuhi dengan koleksi ribuan buku. Hal ini mengingatkan kita pada dua presiden Indonesia sebelumnya, BJ Habibie dan Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi buku yang sangat besar. “Perpustakaan adalah tempat favorit saya di rumah,” ujar Prabowo.
Para sahabat Prabowo juga menceritakan bagaimana ia sangat menyukai membaca. Dahnil Anzar Simanjuntak, misalnya, mengungkapkan bahwa setiap kali Prabowo melakukan perjalanan luar negeri, ia selalu membawa koper kosong yang nantinya penuh dengan buku-buku setelah kembali ke Indonesia. Selain itu, mantan Menteri Penerangan Yunus Yosfiah juga menceritakan bahwa pada 1970-an, saat memeriksa perlengkapan pasukan untuk keberangkatan ke Timor Timur, dirinya terkejut melihat tas tempur anak buahnya yang berisi edisi majalah The Economist dan buku-buku tebal mengenai sejarah. “Dia berbeda dari yang lainnya. Saat istirahat, dia memilih membaca,” kenang Yunus.
Minat Membaca Indonesia Sangat Rendah
Kecintaan Prabowo terhadap buku menjadi kontras dengan data survei literasi global yang dikeluarkan oleh Institut Statistik UNESCO (UIS) pada 2023. Survei tersebut menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya 0,001 persen, artinya dari 1.000 orang, hanya satu yang tergolong pembaca aktif.
Selain itu, survei oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2023 mencatat bahwa 79,5 persen penduduk Indonesia, sekitar 221 juta orang, menggunakan ponsel pintar, yang menyediakan berbagai hiburan digital. Survei Kementerian Komunikasi dan Digital juga menunjukkan bahwa generasi muda hanya menghabiskan waktu 8 menit untuk membaca buku, namun lebih dari 8 jam mengakses internet setiap hari.
Ahmad Rifa’i, dalam bukunya Generasi Emas, menyebutkan beberapa dampak negatif dari rendahnya minat baca, seperti berkurangnya daya nalar dan kesulitan dalam mengembangkan diri akibat terbatasnya wawasan.
Melihat teladan Prabowo yang begitu mencintai buku, diharapkan dapat memotivasi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, untuk kembali menggiatkan budaya membaca. Mengingat pentingnya literasi dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan wawasan, semoga Indonesia dapat menghasilkan lebih banyak pembaca yang produktif. Kapan terakhir kali Anda membaca buku? (Aye/Sg).
Baca Juga : Gaes !!! Membangun Minat Baca: Literasi sebagai Budaya, Bukan Seremonial