Malang, Suaragong – Kepolisian Resor Malang, Polda Jatim, kembali menyelesaikan kasus pencurian dengan pendekatan dan mediasi antara korban dan pelaku atau keadilan restoratif (restorative justice). Kasus yang melibatkan tiga remaja pelaku pencurian dan korban di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, berhasil diselesaikan dengan adil melalui mediasi antara kedua belah pihak.
Kapolsek Pagelaran AKP Totok Suprapto mengatakan, proses restorative justice dilakukan oleh Polsek Pagelaran dengan melibatkan pelapor yakni pihak SMPN 1 Pagelaran yang sebelumnya telah melaporkan peristiwa pencurian.
Penyelesaian perkara ditandai dengan dikembalikannya barang bukti yang sebelumnya diamankan dari para ABH kepada pihak sekolah, di Mapolsek Pagelaran, Jumat (19/4/2024). Setelah semua proses dan administrasi selesai, pelaku diserahkan kembali kepada orang tua dan barang bukti kasus pencurian dikembalikan kepada pelapor.
Penyerahan barang bukti tersebut diserahkan langsung oleh AKP Totok kepada sekolah disaksikan perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Malang. “Hari ini kami menyerahkan kembali barang bukti tindak pidana pencurian kepada pelapor karena sudah dilakukan penyelesaian melalui keadilan restorative,” kata AKP Totok Suprapto saat dikonfirmasi di Polsek Pagelaran.
Penyelesaian melalui keadilan restorative
Kapolsek menjelaskan, peristiwa pencurian tersebut terjadi pada 8 April 2024 lalu. Saat itu, SMPN 1 Pagelaran yang dalam masa libur lebaran dilaporkan telah kehilangan sejumlah barang inventaris sekolah yang biasa digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar.
Barang-barang yang hilang diantaranya satu unit laptop merk Lenovo, tiga unit laptop merk HP, serta 5 unit charger. Polsek Pagelaran yang mendapat laporan segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan saksi-saksi.
“Kami berhasil mengamankan tiga pelajar laki-laki yang masih dibawah umur, untuk Laptop belum sempat terjual,” jelasnya. Dikatakan AKP Totok, usai melakukan permintaan keterangan, pihaknya melakukan mediasi bersama pihak sekolah dan orang tua ketiga pelajar. Hasilnya seluruh pihak sepakat untuk menyelesaikan perkara melalui keadilan restorative.
Pihak sekolah tidak ingin melanjutkan proses hukum pencurian barang yang terjadi, sementara orang tua para pelajar yang bermasalah berjanji akan membina dan mengawasi anaknya dengan lebih baik. Hal tersebut dituangkan dalam surat pernyataan yang ditanda tangani seluruh pihak. “Restoratif Justice ini dilakukan, karena pelaku masih punya masa depan yang panjang. Masih muda. Perbuatannya dipicu pergaulan dan terpengaruh kenakalan remaja,” tandasnya. (nif/man)