Suaragong.com – Sebuah survei terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang tua memberikan banyak edukasi keuangan kepada anak-anak mereka setiap tahunnya, namun hanya sekitar separuhnya yang benar-benar diikuti oleh anak-anak. Studi ini melibatkan 5.000 orang tua dari seluruh 50 negara bagian di AS. Studi ini mengungkapkan bahwa anak-anak cenderung meminta nasihat keuangan beberapa kali dalam sebulan, sementara orang tua memberikan nasihat keuangan tanpa diminta hingga lima kali dalam sebulan, yang secara total mencapai lebih dari 100 nasihat per tahun.
Meskipun orang tua sering memberikan nasihat keuangan, survei yang dilakukan oleh Talker Research atas nama aplikasi keuangan internasional Wise ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri orang tua dalam memberikan nasihat tersebut bervariasi. Hanya 36% orang tua yang merasa sangat percaya diri dengan nasihat yang mereka berikan, sementara 34% merasa hanya “sedikit” percaya diri.
Orang tua Amerika cenderung lebih percaya diri dalam memberikan nasihat mengenai pengelolaan anggaran (55%), opsi tabungan (52%), dan penggunaan kartu kredit (41%). Namun, mereka kurang percaya diri dalam memberikan nasihat tentang konversi mata uang (11%), pengambilan atau refinansiasi pinjaman (13%), dan pengiriman uang ke luar negeri (14%).
Baca Juga : Gaes !!! Gen Z: Antara YOLO, FOMO, dan Realitas Keuangan
Penerapan di Indonesia
Fenomena ini memiliki relevansi yang kuat di Indonesia, di mana literasi keuangan juga menjadi tantangan besar bagi banyak keluarga. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019, tingkat literasi keuangan di Indonesia hanya mencapai 38%, menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang kurang memahami konsep dasar keuangan.
Seperti di Amerika, orang tua di Indonesia sering kali menjadi sumber utama edukasi keuangan bagi anak-anak. Namun, nasihat yang diberikan seringkali kurang efektif jika orang tua sendiri tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang keuangan. Di Indonesia, topik seperti pengelolaan anggaran, penggunaan kartu kredit, dan tabungan adalah area di mana orang tua mungkin lebih nyaman memberikan nasihat, sementara hal-hal yang lebih kompleks seperti investasi, perencanaan pensiun, dan pengelolaan pinjaman sering kali tidak dibahas karena keterbatasan pengetahuan.
Sebagai negara dengan populasi yang semakin terkoneksi secara global, banyak keluarga Indonesia juga menghadapi tantangan baru dalam hal pengelolaan keuangan lintas negara, seperti pengiriman uang ke luar negeri atau konversi mata uang saat bepergian. Seperti halnya di Amerika, pengetahuan tentang aspek-aspek ini cenderung rendah, namun semakin penting di tengah tren globalisasi.
Pentingnya Edukasi Keuangan Sejak Dini
Baik di Amerika maupun di Indonesia, pentingnya edukasi keuangan sejak dini tidak bisa diabaikan. Orang tua di kedua negara menyadari bahwa tantangan dalam mengelola keuangan semakin kompleks. Terutama tantangan dengan kemajuan teknologi dan akses informasi yang melimpah melalui internet. Sayangnya, banyak informasi yang tidak dapat diandalkan, yang semakin memperumit upaya untuk memberikan nasihat yang tepat kepada anak-anak.
Hal ini mendorong banyak orang tua, baik di Amerika maupun Indonesia, untuk terus belajar dan meningkatkan pemahaman mereka tentang keuangan. Menurut survei yang sama, 72% orang tua di Amerika ingin memperdalam pengetahuan keuangan mereka agar dapat memberikan nasihat yang lebih baik kepada anak-anak mereka. Di Indonesia, inisiatif serupa juga diperlukan untuk meningkatkan literasi keuangan generasi muda. Literasi keuangan dibutuhkan untuk membantu mereka menghadapi tantangan keuangan di masa depan.
Dalam konteks Indonesia, OJK dan lembaga keuangan lainnya telah berupaya meningkatkan literasi keuangan melalui berbagai program edukasi. Namun, peran orang tua tetap menjadi kunci dalam membentuk pemahaman anak-anak tentang bagaimana mengelola uang dengan bijak.
Kesimpulan
Survei yang dilakukan di Amerika memberikan gambaran bahwa meskipun orang tua sering memberikan nasihat keuangan. Keberhasilan implementasi nasihat tersebut sangat bergantung pada tingkat literasi keuangan orang tua itu sendiri. Hal ini relevan juga di Indonesia, di mana tingkat literasi keuangan masih rendah. Peran orang tua dalam mendidik anak-anak tentang keuangan sangat penting. Dengan meningkatnya kompleksitas dalam pengelolaan keuangan di era global, baik di Amerika maupun di Indonesia. Peningkatan edukasi keuangan menjadi prioritas agar generasi mendatang mampu menghadapi tantangan keuangan dengan lebih percaya diri.
Baca Juga : Gaes !!! Millennials dan Gen Z Lebih Suka Cari Nasihat Keuangan di Media Sosial
Jangan Lupa ikuti terus Informasi, Berita artikel paling Update dan Trending Di Media Suaragong !!!. Jangan lupa untuk ikuti Akun Sosial Media Suaragong agar tidak ketinggalan di : Instagram, Facebook, dan X (Twitter). (Fz/Sg).