SUARAGONG.COM – Pada bulan November 2024, petani mangga gadung klonal 21. Atau yang dikenal dengan nama mangga alpukat di Desa Wonokerto, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan. Kini tengah menikmati panen raya yang melimpah. Mangga khas Pasuruan ini kini mudah ditemukan di hampir setiap pasar buah di Kabupaten Pasuruan, bahkan semakin populer di pasar-pasar luar daerah.
Mangga Khas Pasuruan Panen Raya
Menurut informasi dari laman resmi Pemkab Pasuruan pada Jumat (8/11/2024). Diketahui mangga alpukat ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari jenis mangga lainnya. Dengan memiliki tekstur yang lembut, kesat, dan dapat diputar seperti buah alpukat.
Sugiono (39), salah satu petani mangga di Desa Wonokerto, menjelaskan bahwa ia memiliki kebun mangga seluas 3 hektar, yang mayoritas ditanami mangga gadung klonal 21. Setiap kali panen, ia dapat menghasilkan hingga 7 kwintal mangga, dengan catatan bahwa semua pohon dalam kondisi baik dan berbuah dengan maksimal. “Jumlah panen bisa berkurang jika ada pohon yang tidak berbuah atau rusak,” ujar Sugiono.
Ekspor ke Berbagai Kota Tujuan
Setelah dipanen, mangga-mangga tersebut langsung dikemas dengan hati-hati dan dikirim ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bali, dan Sumatera. “Permintaan terbesar memang datang dari Jakarta dan Bali. Konsumen di sana sangat menyukai mangga kami, karena teksturnya yang lembut dan kesat, mirip dengan buah alpukat,” tambahnya.
Meski panen melimpah, harga mangga justru turun akibat musim panen raya. Untuk harga jualnya, mangga grade A dijual dengan harga Rp 18.000 per kilogram, grade B Rp 15.000 per kilogram, dan grade BS hanya Rp 10.000 per kilogram.
Panen raya mangga gadung klonal 21 di Pasuruan membawa keuntungan bagi petani meski harga jualnya menurun. Dengan kualitas yang unggul, permintaan mangga ini tetap tinggi di pasar domestik, khususnya di Jakarta dan Bali, yang menjadi tujuan utama distribusi. (Aye/Sg).
Baca Juga : Gaes !!! Program Modeling Budidaya Rumput Laut di Wakatobi berhasil Panen Raya