Gaza, Suaragong – Israel diperkirakan akan melanjutkan operasi militer skala penuh di Gaza selama enam hingga delapan minggu, dengan rencana untuk melakukan invasi darat ke kota selatan Rafah. Meskipun mendapat tekanan dari negara-negara Arab dan sekutu utamanya, Amerika Serikat, Israel diperkirakan akan melanjutkan langkah ini. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dikenal dengan gaya kepemimpinan yang keras dan menganggap konflik dengan Hamas sebagai jalan politik yang penting di tengah tantangan domestik yang semakin meningkat.
Berikut 5 strategi yang dilakukan oleh Israel untuk menginvasi Rafah:
- Melancarkan serangan udara sebelum melakukan invasi darat
Militer Israel yakin bahwa serangan udara yang dilakukan secara signifikan dapat merusak kemampuan Hamas yang tersisa, sehingga langkah selanjutnya saat akan menginvasi Rafah dapat lebih mudah dilakukan. - Menghancurkan benteng terakhir Hamas
Rafah merupakan benteng terakhir yang dikuasai oleh Hamas, dan masih ada batalion Hamas di Rafah yang harus dihadapi oleh Israel untuk mencapai tujuan dalam konflik ini. - Fokus pada pusat komando dan terowongan bawah tanah
Pada Hari Jum’at (16/2/2024) Yoav Gallant sebagai Menteri Pertahanan mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) merencanakan operasi di Rafah yang bertujuan menargetkan pejuang Hamas, pusat komando, dan terowongan, tanpa menetapkan batas waktu untuk operasi tersebut. Gallant menegaskan bahwa Tindakan luas biasa dilakukan untuk menghindari korban sipil. - Mengabaikan nasib pengungsi
Kekhawatiran para pemimpin dunia meningkat terhadap potensi terjadinya bencana kemanusiaan, karena lebih dari satu juta warga sipil Palestina terjebak diantara dua musuh bebuyutan di kota perbatasan Mesir, dan tidak memiliki tempat perlindungan. Sedangkan, IDF belum menjelaskan rencana mereka untuk memindahkan lebih dari satu juta orang dalam reruntuhan wilayah tersebut. - Memilah dan memilih pengungsi dan pejuang Hamas
Menurut seorang pejabat bantuan internasional, warga Gaza dapat dipilah untuk memilah dan menyingkirkan pejuang Hamas sebelum dikirim ke utara.
Namun, menurut seorang pejabat pertahanan Israel, tidak akan ada izin bagi warga Palestina untuk kembali secara massal ke Gaza bagian utara. Oleh karena itu, semak belukar di sekitar Rafah dipilih sebagai alternatif untuk mendirikan kota tenda sementara.
Pejabat regional juga menyatakan kekhawatiran atas keamanan jika memindahkan sejumlah besar orang ke zona utara yang belum tersedia listrik dan air bersih serta belum dibersihkan dari bahan peledak. (rfr/man)