SUARAGONG.COM – SpaceX kembali menjadi pusat perhatian dengan peluncuran misi penyelamatan dua astronot. Yang terjebak di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sejak Juni 2024. Kapsul Dragon milik SpaceX, yang meninggalkan Cape Canaveral, Florida pada Sabtu, 28 September 2024. Membawa harapan untuk membawa pulang astronot NASA, Butch Wilmore dan Suni Williams. Dimana seharusnya mereka telah kembali ke Bumi beberapa bulan lalu.
Misi Tertunda dan Penemuan Masalah pada Boeing Starliner
Awalnya, misi pasangan tersebut diperkirakan hanya akan berlangsung delapan hari. Namun, masalah teknis pada wahana antariksa Boeing Starliner menyebabkan misi itu ditunda. Starliner, yang merupakan bagian dari upaya komersial NASA untuk mendiversifikasi opsi transportasi ke ISS, dikembalikan ke Bumi dalam keadaan kosong sebagai langkah pencegahan. Dengan situasi yang tidak menentu, Butch Wilmore dan Suni Williams tetap berada di stasiun luar angkasa, menunggu bantuan.
NASA dan Roscosmos, badan antariksa Rusia, kemudian mengirim astronot NASA Nick Hague dan kosmonot Rusia Alexander Gorbunov. Dengan misi membawa perbekalan tambahan dan membantu Wilmore serta Williams bertahan hingga Februari 2025. Di mana mereka dijadwalkan kembali ke Bumi. Misi ini memanfaatkan perjanjian antara NASA dan Roscosmos yang memungkinkan kolaborasi dalam penggunaan pesawat ruang angkasa Soyuz dan Dragon.
Peluncuran Ditunda Akibat Badai Helene
Peluncuran kapsul Dragon seharusnya dilakukan pada Kamis, 26 September 2024. Tetapi terpaksa ditunda akibat Badai Helene yang menyebabkan kerusakan parah di wilayah Florida. Namun, pada Sabtu, cuaca cerah memberi kesempatan bagi SpaceX untuk melanjutkan misi penyelamatan ini. Kapsul Dragon diperkirakan akan berlabuh di ISS pada Minggu malam, sekitar pukul 21:30 GMT, di mana proses evakuasi dan persiapan pulang untuk Wilmore dan Williams akan segera dimulai.
Kesiapan Astronot dalam Menghadapi Risiko
Joe Acaba, Kepala Astronot NASA, menegaskan bahwa Butch Wilmore dan Suni Williams sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan risiko selama misi ini. “Penerbangan luar angkasa manusia selalu berisiko, dan sebagai astronot, kami sudah siap untuk menghadapi hal itu sebagai bagian dari pekerjaan kami,” ujarnya.
Wilmore, yang memimpin misi Boeing Starliner, telah menghabiskan 178 hari di luar angkasa sebelum menghadapi masalah teknis ini. Sementara itu, Williams, sebagai pilot misi, memiliki pengalaman yang lebih lama dengan total 322 hari di ruang angkasa. Pengalaman panjang keduanya menjadi aset penting dalam menghadapi kondisi darurat di ISS.
Kolaborasi Jangka Panjang Antara SpaceX dan Boeing
Sejak 2014, NASA mengontrak SpaceX dan Boeing dalam program Commercial Crew Program dengan nilai miliaran dolar untuk menyediakan transportasi astronot ke ISS. Program ini dimulai setelah program pesawat ulang-alik dihentikan pada 2011. SpaceX, melalui misi Dragon, telah menjadi pemimpin dalam transportasi berawak ke luar angkasa sejak keberhasilan uji coba berawak pertama pada 2020. Hingga saat ini, SpaceX telah membawa puluhan astronot ke ISS, menjadikannya pilihan utama NASA dalam eksplorasi luar angkasa. (Aye/Sg)