SUARAGONG.COM – Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cabang Eropa, Hans Kluge, mengumumkan bahwa WHO, bersama dengan negara-negara Eropa, akan memfasilitasi evakuasi 1.000 perempuan dan anak-anak dari Gaza. Dimana memerlukan perawatan medis mendesak atau darurat. Evakuasi ini merupakan bagian dari komitmen Israel dan Uni Eropa untuk mengevakuasi lebih banyak pasien medis dari zona konflik Gaza, Khususnya Anak dan Perempuan.
Menurut Kluge, Israel berkomitmen untuk melakukan 1.000 evakuasi medis tambahan dalam beberapa bulan mendatang. Proses evakuasi akan diatur melalui kerja sama antara WHO dan negara-negara Eropa yang terlibat dalam misi kemanusiaan ini.
Dalam laporan yang dikeluarkan pada Senin (21/10/2024). Dikatakan bahwa Kluge menyatakan bahwa WHO telah memfasilitasi 600 evakuasi medis dari Gaza ke tujuh negara Eropa. Hal ini sejak perang dimulai pada Oktober 2023. Sementara itu, Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina, mengungkapkan bahwa sekitar 10.000 orang di Gaza membutuhkan evakuasi segera. Yang akan di intensifkan mendapatkan perawatan medis yang mendesak.
Upaya evakuasi ini datang di tengah laporan dari Penyelidik PBB yang menuduh Israel sengaja menargetkan fasilitas kesehatan di Gaza. Serta menuduhnya melakukan “kejahatan terhadap kemanusiaan” dengan menyerang dan menyiksa tenaga medis.
Kluge juga menekankan pentingnya menjaga dialog dengan semua pihak, termasuk Israel, untuk memastikan upaya kemanusiaan ini berjalan lancar. “Ini hanya mungkin jika dialog terus terbuka.” Ujar Kluge, seraya menegaskan bahwa isu kesehatan tidak boleh dipolitisasi, bahkan di tengah konflik.
Kluge juga menyebutkan bahwa dalam situasi konflik lainnya, seperti di Ukraina. Dialog serupa telah memungkinkan akses medis bagi sekitar 15.000 pasien HIV-AIDS di wilayah Donbas yang diduduki.
“Obat yang paling penting adalah perdamaian,” katanya, mengingatkan bahwa petugas kesehatan harus selalu diizinkan untuk menjalankan tugas mereka di zona konflik demi kemanusiaan. (Aye/Sg).
Baca Juga : Gaes !!! WHO Pantau Lonjakan Penggunaan Media Sosial Problematis di Kalangan Remaja Eropa