Gaes !!! Yuk Intip Keseruan “Flim Josuha Tree” Keluarga Menerima Dengan Penuh Cinta
Share

Malang, Suaragong – Bagaimana keseruan film dokumenter Josuha Tree yang menceritakan tentang seorang remaja 16 dengan autisme berat yang melawan ekspektasi dan mengalami kemajuan yang luar biasa. Hal ini menggambarkan perjuangan luar biasa seorang keluarga, yang merawat anak dengan berlatar belakang kebutuhan khusus dengan rasa penuh cintah dan kebahagiaan.
Ibu Joshua, Deibby Mamahit, menekankan pentingnya menerima dan mencintai anak apa adanya dengan keterbatasan yang dimiliki. Menurutnya, kebahagiaan orangtua merupakan kunci bagi pertumbuhan anak.
“Dan kebahagiaan itu sebenarnya adalah sesuatu yang bisa kami pilih. Dengan saya memiliki anak berkebutuhan khusus dan segala tantangan yang saya alami, saya lebih memilih untuk bahagia.”ungkapnya.
Pihaknya berpesan kepada orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat memilih untuk bahagia, agar anak dapat melihat ada sesuatu untuk mereka. Sebaliknya sebagai orang tua yang mempunyai anak autis jika merasa stress, depresi membuat anak tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
“Kemudian kami di lingkungan yang penuh stress, depresi, anak-anak ini tidak dapat berkomunikasi, mereka berpotensi untuk menyalahkan diri mereka sendiri. Mereka akan menganggap bahwa mereka lah yang menyebabkan depresi itu terjadi,”pungkasnya.

Kemudian ia mengungkapkan bahwa orang tua menjadi salah satu resource terbesar bagi anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Dan orang tua dapat memilih untuk bahagia menerima dengan sepenuh hati.
” Dari awal saya menolak untuk mengambil persepsi bahwa autisme itu seumur hidup atau tidak bisa diperbaiki. Karena kalau misalnya kami bisa melakukan sesuatu, pasti ada perubahan,”imbuhnya.
Disisi lain Sutradara Film Joshua Tree, George Arif menjelaskan mengapa mengambil projek terkait difabel karena cinta yang bertumbuh di dalam dirinya terhadap difabel. Dan memang menarik karena secara konten bagus untuk diceritakan dalam bentuk sinematik, film. Jadi touch humanity nya itu kuat banget.
“Saya belajar bahwa manusia itu layak untuk diperjuangkan, bahwa cinta itu kuat. Makanya kenapa Joshua Tree, karena Joshua kuat karena kelurganya. Cinta keluarga itu mampu memudahkan. Bahwa keluarga itu menjadi suatu tempat bahwa kami dapay berteduh, merasa nyaman, dan bisa bertumbuh di situ,”jelasnya.
Film ini sangat chalenging karena dikerjakan saat pandemi. Dan proses pengerjannya selama 2 tahun yang meterinya menggunakan zoom recording, kamera Sinematic, termasuk dari handphone.
“Kalau zoom recordingnya 6 bulan dan 9 bulan untuk proses editing. Jadi mulai dari writing, kemudian team post productionnya sekitar 5-6 orang,”imbuhnya.
Proses pengerjaannya selama 2 tahun, materinya dari zoom recording, kamera sinematic, termasuk dari HP, kita combine semua. Kalau zoom recordingnya 6 bulan dan 9 bulan untuk proses editing. Jadi mulai dari writing, kemudian team post productionnya sekitar 5-6 orang.
Sebagai informasi ini merupakan bedah film Joshua Tree yang dihadir oleh ibu Josuha yaitu Deibby Mamahit dan strudara film, George Arif serta beberap orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, serta kepala yayasan SLB Kota Malang, yang bertempat di Fertisoil Kota Malang.(fat/man)