Gus Yahya Tegaskan Tidak Akan Mundur dari Jabatan Ketum PBNU
Share
SUARAGONG.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menegaskan bahwa dirinya tidak akan mengundurkan diri dari jabatannya. Pernyataan itu ia sampaikan menyusul beredarnya risalah Rapat Harian Syuriah PBNU yang berisi desakan agar dirinya mundur dalam waktu tiga hari atau terancam diberhentikan.
Gus Yahya Tidak Akan Mundur dari Jabatan Ketum PBNU
Sebagai respons atas polemik tersebut, PBNU mengumpulkan seluruh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dari seluruh Indonesia dalam sebuah pertemuan khusus di Surabaya, Sabtu (22/11/2025) malam. Pertemuan akbar ini menjadi bentuk konsolidasi nasional di tengah eskalasi internal yang mencuat ke publik.
Dalam penjelasannya, Gus Yahya menegaskan bahwa dirinya menolak desakan untuk mundur. Ia menyebut keputusan Rais Aam PBNU dan Rapat Harian Syuriah sebagai tindakan sepihak karena tidak melalui mekanisme musyawarah yang lazim dijalankan dalam tradisi organisasi NU.
“Saya sama sekali tidak terbersit pikiran untuk mundur karena saya mendapatkan amanat pada Muktamar ke-34. Saya mendapat mandat lima tahun dan akan saya jalani selama lima tahun. InsyaAllah saya sanggup,” ujarnya, dikutip dari Headline News Metro TV, Minggu (23/11/2025).
AD/ART Organisasi
Gus Yahya juga menegaskan bahwa Rapat Harian Syuriah PBNU tidak memiliki kewenangan untuk memberhentikan Ketua Umum PBNU. Hal ini berdasarkan ketentuan dalam AD/ART organisasi.
“Kalau dikatakan kemarin bahwa keputusan Rapat Harian Syuriah punya konsekuensi memundurkan ketua umum, maka saya tegaskan bahwa Rapat Harian Syuriah menurut konstitusi AD/ART tidak berwenang untuk memberhentikan ketua umum,” tegasnya.
Pernyataan ini sekaligus menjadi penegasan bahwa Gus Yahya tetap akan menjalankan mandat kepemimpinannya hingga masa jabatan berakhir, meski muncul dinamika internal yang cukup kuat di tubuh PBNU.
Pertemuan konsolidasi PWNU se-Indonesia di Surabaya juga diharapkan menjadi ruang klarifikasi, dialog organisasi, serta penguatan soliditas. Hingga kini, PBNU belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait langkah organisasi berikutnya setelah polemik risalah tersebut mencuat.
Situasi internal PBNU ini menjadi sorotan publik. Mengingat juga peran strategis organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut dalam isu keagamaan, sosial, dan kebangsaan. Gus Yahya menegaskan bahwa dirinya tetap berkomitmen untuk menjaga marwah organisasi. Serta menjalankan amanat muktamar sesuai konstitusi, terlepas dari tekanan yang muncul. (Aye/sg)

