Type to search

Malang Peristiwa

Halal Market Day Warnai Hari Santri Nasional, UMKM Pesantren Naik Kelas

Share
Puluhan stan UMKM berjejer rapi dalam gelaran Halal Market Day, acara spesial yang digagas Pemerintah Kota Malang di Hari Santri Nasional

SUARAGONG.COM – Suasana Halaman Balai Kota Malang terasa lebih semarak dari biasanya. Puluhan stan UMKM berjejer rapi dalam gelaran Halal Market Day, acara spesial yang digagas Pemerintah Kota (Pemkot) Malang lewat Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Kota Malang untuk memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025.

Halal Market Day Warnai Hari Santri Nasional di Kota Malang

Kegiatan ini bukan sekadar bazar biasa. Tujuannya jelas: mendorong pelaku UMKM. Terutama dari lingkungan pondok pesantren (ponpes), agar bisa lebih dikenal dan naik kelas.

Kepala Bagian Kesra Setda Kota Malang, Achmad Sholeh, mengatakan bahwa acara ini menjadi ajang kolaborasi antar pelaku usaha kecil.

“Ada 40 tenant yang ikut, dan 10 di antaranya berasal dari pondok pesantren. Karena tempatnya terbatas, yang tampil hanya perwakilan. Padahal, dari 91 pesantren di Kota Malang, ada 21 yang sudah punya usaha UMKM,” ungkap Sholeh.

Produk yang dipamerkan pun beragam — mulai dari makanan dan minuman, pakaian, kerajinan tangan, suvenir, hingga karya literasi pesantren. Gelaran ini berlangsung dua hari dan menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional 2025 di Kota Malang.

Baca Juga : Liga Santri Jawa Timur 2025 Resmi Ditutup di Jember

Sertifikat Laik Fungsi untuk Masjid dan Pesantren

Selain Halal Market Day, peringatan HSN juga diwarnai dengan apel bersama, penyerahan bibit ikan nila untuk dua pesantren, penyerahan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) untuk masjid dan pesantren. Hingga sertifikat halal bagi MBG Bahrul Maghfiroh. “Semua ini bentuk perhatian pemerintah terhadap pesantren yang tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tapi juga ekonomi umat,” tambah Sholeh.

Ia juga menyoroti tren positif perkembangan ekonomi di lingkungan pesantren. Pemerintah, lanjutnya, kini aktif melakukan pendampingan agar pesantren yang belum memiliki unit usaha bisa segera bergerak. “Kita kerja sama dengan MUI. Perwakilan dari 61 pesantren dibekali public speaking, ilmu agama, dan juga pelatihan kewirausahaan,” ujarnya.

Salah satu contoh suksesnya adalah Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, yang kini punya berbagai unit usaha seperti pom bensin, minimarket, MBG, hingga budidaya ikan. “Model pengembangan seperti ini bisa jadi inspirasi bagi pesantren lain. Harapannya, ekonomi pesantren makin kuat, dan santri bisa mandiri,” tandas Sholeh. (Aye/sg)

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *