Type to search

Gaya Hidup

Imbas Perang Tarif AS dan China Harga Boneka Barbie Bakal Naik!

Share
Pecinta Boneka Barbie dan Hot Wheels harus terpukul lemas akibat harga dua mainan ini dipastikan akan mengalami kenaikan imbas Perang Tarif

SUARAGONG.COM – Kabar kurang sedap datang bagi para pecinta boneka Barbie dan mainan Hot Wheels, karena harga dua ikon mainan anak-anak yang famous ini dipastikan akan mengalami kenaikan. Hal ini setelah perusahaan induknya, Mattel Inc., mengumumkan rencana penyesuaian harga akibat lonjakan biaya produksi. Dengan alasan terkena imbas perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Perang Tarif AS dan China: Harga Boneka Barbie dan Hot Wheels Bakal Naik

Tak main-main, AS merupakan pasar terbesar Mattel, menyumbang hampir separuh dari total penjualan global perusahaan. Sementara sekitar 20% produk Mattel yang beredar di AS diimpor langsung dari China. Kombinasi ini membuat Mattel terkena pukulan ganda saat pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump menaikkan tarif besar-besaran terhadap barang-barang impor dari negeri Tirai Bambu itu.

Mengutip laporan CNBC, Selasa (6/5/2025), saham Mattel telah turun 2% dalam perdagangan terbaru dan anjlok hingga 8% sepanjang tahun ini. Di tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu dan kebijakan tarif yang berubah-ubah, perusahaan menyebut sulit untuk memprediksi pengeluaran konsumen di AS, terutama menjelang musim belanja akhir tahun.

“Tidak diragukan lagi bahwa tarif tersebut menciptakan gangguan dalam industri,” kata CEO Mattel, Ynon Kreiz.

Indonesia Kena Imbas, Tapi Juga Jadi Sorotan

Kondisi ini menarik perhatian Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, yang baru saja kembali dari pertemuan ekonomi musim semi di Washington, D.C. Dalam konferensi pers APBN KiTa (30/4), ia mengungkapkan bahwa Indonesia ikut terdampak dalam pembicaraan tarif antara AS dan mitra dagangnya, terutama karena Indonesia adalah rumah dari pabrik Barbie terbesar di dunia.

“Tahu Barbie kan ya? Barbie bukan yang film, tapi boneka. Mayoritas bikinannya dari kita,” ujar Sri Mulyani.

Fakta menariknya, PT Mattel Indonesia (PTMI) yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, adalah produsen utama boneka Barbie untuk pasar global. Pada 2021, PTMI memproduksi lebih dari 85 juta boneka dan aksesori, dan sejak 2022 telah memperluas kapasitas produksinya lewat fasilitas molding baru.

Tak hanya Barbie, mainan legendaris lainnya seperti Hot Wheels juga ikut disebut-sebut. Kedua produk ini berpotensi terdampak dari kebijakan tarif resiprokal yang tengah dibahas pemerintah Indonesia dan AS.

“Mungkin buat anda semua kelihatannya nggak penting. Tapi buat Amerika ini penting, karena enam bulan lagi mereka akan Christmas, akan Black Friday,” kata Sri Mulyani. “Setiap nenek-nenek seperti saya akan beli hadiah untuk cucunya.”

Baca Juga : Produk Handphone hingga Chip Bebas Tarif Trump

Ketegangan Dagang Memuncak, Ketidakadilan Jadi Sorotan

Di balik kenaikan harga mainan ini, ada dinamika besar yang menggelayuti sistem perdagangan global. Menurut Sri Mulyani, salah satu topik paling mengejutkan dalam forum ekonomi di Washington adalah pernyataan AS bahwa mereka merasa “dizolimi” oleh sistem global.

“Selama ini negara berkembang yang merasa dizolimi oleh globalisasi. Tapi sekarang, justru negara paling kuat merasa sistem global tidak adil,” ujar Menkeu.

Pernyataan itu, kata Sri Mulyani, menjadi cerminan bahwa ketidakseimbangan dan ketidakadilan dalam sistem perdagangan global bukan lagi isu milik negara berkembang saja. Bahkan negara adidaya pun merasa dirugikan, memperlihatkan bahwa sistem yang ada sedang dalam guncangan besar.

Baca Juga : Donald Trump Naikkan Tarif Impor AS Untuk Barang Indonesia 32 Persen

Ketidakpastian Ekonomi Dunia

Dengan situasi yang penuh ketidakpastian ini, Mattel memutuskan untuk menaikkan harga produk, memotong promosi dan diskon, serta meningkatkan target penghematan biaya tahun ini menjadi USD 80 juta, naik dari target awal USD 60 juta.

Meski demikian, perusahaan tetap mempertahankan proyeksi laba per saham yang disesuaikan di angka USD 1,66–1,72, serta pertumbuhan penjualan bersih tahunan sebesar 2%–3%.

Namun bagi konsumen, terutama menjelang libur Natal dan Black Friday, keputusan ini akan langsung terasa. Jadi, buat para orang tua, atau para nenek seperti yang disebut Bu Sri Mulyani. Dan mungkin saatnya siap-siap merogoh dompet kalian! (aye) 

Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *