SUARAGONG.COM – Dalam beberapa hari terakhir, publik Iran di media sosial ramai membagikan gambar yang mencantumkan daftar 11 pemimpin Israel yang masuk dalam target eksekusi oleh militer Teheran. Gambar ini, yang diklaim berasal dari pemerintah Iran, telah menjadi viral dan memperlihatkan situasi yang semakin memanas antara Iran dan Israel.
Salah satu postingan yang menyebar luas menegaskan, “Pemerintah Iran telah membuat daftar pembunuhan target utama di Israel!!” Sebuah pernyataan yang mengindikasikan keseriusan Iran dalam menghadapi situasi konflik yang terus berlangsung.
Di puncak daftar tersebut adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang selama ini menjadi figur sentral dalam kebijakan Israel terhadap Iran. Selain Netanyahu, daftar ini juga mencakup sejumlah petinggi militer Israel, mencerminkan fokus Iran pada infrastruktur keamanan dan pertahanan Israel. Daftar yang mencolok ini menimbulkan spekulasi tentang niat Iran dan bagaimana langkah ini akan mempengaruhi situasi keamanan di kawasan tersebut.
Meskipun gambar daftar target ini telah menyebar dengan cepat, belum ada verifikasi resmi mengenai keabsahan informasi tersebut. Pemerintah Iran belum memberikan komentar atau konfirmasi terkait publikasi daftar tersebut, yang menunjukkan adanya kemungkinan bahwa ini merupakan langkah propaganda dalam konteks konflik yang semakin meruncing.
Media internasional melaporkan bahwa situasi di kawasan Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran, telah memasuki fase yang lebih berbahaya, terutama dengan latar belakang dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok bersenjata seperti Hamas dan Hizbullah.
Daftar Target Eksekusi Pemimpin Israel
Berikut 11 daftar pemimpin Israel yang jadi target untuk dieksekusi militer Iran berdasarkan gambar yang ramai dibagikan publik Iran.
1. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
2. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant
3. Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi
4. Komandan Angkatan Udara Israel Tomer Bar
5. Kepala Komando Utara Ori Gordin 6. Komandan Angkatan Laut Israel Saar Salama
7. Wakil Kepala Staf IDF Amir Baram
8. Kepala Komando Pusat Yehuda Fox
9. Kepala Angkatan Darat Israel Tamir Yadai
10. Kepala Intelijen Militer Aharon Haliva
11. Kepala Komando Selatan Eliezer Toledano
Daftar yang menyebut sebelas pemimpin Israel sebagai “teroris” menunjukkan intensi Iran yang kuat untuk menyuarakan perlawanan terhadap kebijakan militer dan agresi Israel. Sejak 2 Oktober 2024, gambar ini telah menjadi bahan perbincangan di kalangan pengguna media sosial di Iran, menggugah emosi nasionalisme dan anti-Zionisme di kalangan masyarakat.
Baca juga: Iran Serang Israel Atas Terbunuhnya Pimpinan Hizbullah
Ketegangan Meningkat Setelah Operasi Badai al-Aqsa
Konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza, yang telah berlangsung sejak tahun lalu, semakin memperburuk ketegangan ini. Serangan yang diluncurkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang dikenal sebagai Operasi Badai al-Aqsa, telah memicu reaksi militer yang kuat dari Israel. Dalam responsnya, Hizbullah juga terlibat dengan meluncurkan roket ke wilayah Israel, yang menunjukkan dukungan mereka terhadap perjuangan Palestina. Ini memicu konflik yang lebih luas, di mana Israel melancarkan serangan balasan ke Lebanon, dan intensitas pertempuran semakin meningkat di kedua belah pihak.
Keberadaan daftar eksekusi ini semakin memperjelas perpecahan yang ada dan potensi untuk meningkatnya ketegangan di kawasan. Iran, yang telah lama menentang dominasi militer Israel di Timur Tengah, menggunakan pendekatan ini untuk menunjukkan kekuatan dan determinasi mereka dalam menghadapi ancaman yang dianggap merugikan kepentingan nasional mereka.
Sementara itu, Israel terus memperkuat pertahanannya dan meningkatkan kesiapsiagaan militer. Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada hubungan antara kedua negara. Tetapi juga mempengaruhi stabilitas kawasan yang lebih luas. Dengan adanya berbagai pihak yang terlibat, termasuk negara-negara besar dan kelompok bersenjata, situasi di Timur Tengah terus menjadi sorotan dunia. Dan banyak yang berharap bahwa diplomasi dapat mengatasi kekacauan yang ada sebelum situasi semakin memburuk.
Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak untuk mencari jalan damai dan mencegah eskalasi lebih lanjut yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sipil di kedua belah pihak. (rfr)
Baca Berita Terupdate lainnya melalui google news