Golan, Suaragong – Baru-baru ini, suasana makin tegang di kawasan Timur Tengah setelah insiden tragis yang melibatkan proyektil jatuh di lapangan sepak bola di komunitas Druze di Dataran Tinggi Golan. Yang kini diduduki oleh Israel. Kabar buruknya, kejadian ini menewaskan 12 anak-anak dan orang muda. Serta melukai 30 orang lainnya. Hasilnya? Kekhawatiran akan kemungkinan perang regional kembali muncul.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Pada Sabtu, 27 Juli 2024, sebuah proyektil jatuh dan menimbulkan kerusakan besar. Israel segera menuding Hizbullah, kelompok bersenjata dari Lebanon. Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka merasa diserang dan langsung membalas dengan melancarkan serangan udara ke beberapa lokasi di Lebanon. Israel bilang kalau Hizbullah sudah melewati “garis merah” dan siap membayar harga mahal.
Tapi, Hizbullah sendiri langsung membantah terlibat. Mereka dengan tegas mengatakan kalau mereka tidak ada hubungannya dengan proyektil yang jatuh tersebut. Menurut mereka, proyektil itu adalah sistem antiroket milik Israel. Perwakilan Hizbullah bahkan memberi tahu PBB bahwa itu adalah pencegat antiroket Israel. Bukan roket mereka. Namun, Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, mengatakan ada “setiap indikasi” bahwa Hizbullah terlibat dalam serangan itu.
Akankah Perang Akan Pecah?
Nah, pertanyaannya, apakah ini berarti perang akan pecah? Israel memang melancarkan serangan udara ke Lebanon pada malam hari. Tetapi ini adalah hal yang sudah menjadi rutinitas selama beberapa bulan terakhir. Keputusan besar tentang bagaimana melanjutkan akan diambil setelah rapat kabinet keamanan Israel. Hukum Israel mengharuskan keputusan tentang tindakan militer yang bisa mengarah pada perang harus disepakati secara kolektif di kabinet.
Omar Baddar, seorang analis politik Timur Tengah, menganggap insiden ini sebagai “kemungkinan kecelakaan” lebih dari pada serangan yang disengaja. Menurutnya, tidak ada keuntungan politik atau militer dari menargetkan pertandingan sepak bola anak-anak di Druze. Baddar juga menambahkan bahwa baik Hizbullah maupun Israel tampaknya ingin menghindari perang skala besar.
Komentar Iran
Iran juga ikut berkomentar mengenai insiden ini. Mereka memperingatkan Israel agar tidak melakukan “petualangan baru”. Dan menyebut insiden tersebut sebagai “skenario yang dibuat-buat”. Untuk mengalihkan perhatian dari situasi di Jalur Gaza. Iran juga mengatakan bahwa jika Israel melanjutkan responsnya, maka mereka akan bertanggung jawab atas akibat yang tidak terduga.
Sejauh ini, belum ada kesepakatan atau terobosan besar dalam upaya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Direktur CIA Bill Burns sedang berada di Eropa untuk pertemuan dengan berbagai pihak. Termasuk Qatar, Mesir, dan Israel. Untuk mencoba mencapai kesepakatan gencatan senjata yang juga mencakup pertukaran tahanan.
Insiden ini juga terjadi di Majdal Shams, komunitas Druze di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Meskipun banyak warga Druze tidak memiliki kewarganegaraan Israel, mereka tinggal di wilayah yang kini dikuasai Israel setelah Perang Enam Hari tahun 1967. Wilayah ini masih dianggap sebagai bagian dari Suriah oleh komunitas internasional. Meskipun Israel telah mencaploknya.
Baca juga : Perang Baru: Israel, Hamas, dan Hizbullah
Jadi, sementara ketegangan terus meningkat. Dan harapan untuk penyelesaian damai dan investigasi independen tetap menjadi kunci untuk mencegah konflik lebih lanjut. Kita semua berharap situasi ini bisa dikelola dengan bijak agar tidak meluas menjadi perang yang lebih besar. (rfr)
Comments 1