SUARAGONG.COM – Serangan militer Israel di Jalur Gaza terus menambah ketegangan yang sudah memuncak, dengan insiden terbaru yang melibatkan pembakaran Rumah Sakit (RS) Indonesia di Beit Lahia. Peristiwa ini tidak hanya memicu kecaman dari pemerintah Indonesia. Tetapi juga menunjukkan dampak besar terhadap layanan kesehatan dan keselamatan warga sipil di wilayah yang telah lama terjebak dalam konflik.
RS Indonesia adalah salah satu dari hanya tiga rumah sakit yang masih berfungsi di Gaza utara, yang sebelumnya memiliki total sepuluh rumah sakit. Saksi mata melaporkan, pasukan Israel tidak hanya menyerang rumah sakit. Tetapi juga membakar gedung-gedung di sekitarnya, tempat ribuan pengungsi Palestina mencari perlindungan.
Laporan dari media internasional seperti The National dan Reuters mengungkapkan bahwa serangan ini terjadi pada Selasa, 22 Oktober 2024, ketika pasukan Israel menggerebek sebuah sekolah di dekat rumah sakit dan menahan pria-pria yang ada di sana. Pembakaran gedung sekolah tersebut menyebabkan api merembet ke generator rumah sakit. Yang berujung pada pemadaman listrik dan mengancam keselamatan pasien yang dirawat.
Menurut keterangan petugas medis di RS Indonesia, situasi semakin memburuk ketika pasokan listrik terputus. Menyebabkan beberapa pasien yang bergantung pada alat bantu pernapasan kehilangan nyawa. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa beberapa pasien telah meninggal dunia akibat terputusnya aliran oksigen, menunjukkan betapa krusialnya kondisi di lapangan. Mereka menyatakan bahwa opsi untuk memprioritaskan perawatan bagi korban luka telah hilang. Karena jumlah pasien yang terus meningkat, sementara ketersediaan sumber daya medis semakin menipis.
Krisis Kemanusiaan di Gaza
Yousri Qarmout, seorang pengungsi Palestina yang berada di sekitar RS Indonesia, mengungkapkan bagaimana taktik pembakaran dan penghancuran bangunan oleh pasukan Israel telah menciptakan suasana ketakutan dan kekacauan.
“Kepulan asap terlihat di mana-mana, dan setiap hari kami mendengar suara ledakan.” Ujarnya.
Hal serupa disampaikan oleh Iman Wadi, seorang pengungsi lainnya yang mengaku harus berpindah tempat secara teratur untuk menghindari serangan. Dia menceritakan bagaimana anggota keluarganya ditahan dan dianiaya oleh pasukan Israel, menambah beban psikologis yang sudah cukup berat bagi warga yang sedang berjuang untuk bertahan hidup.
Situasi di Gaza utara semakin kritis dengan ratusan ribu warga Palestina terjebak tanpa akses ke bantuan kemanusiaan. Ratusan ribu orang, termasuk sekitar 200.000 di kamp pengungsi Jabalia, terpaksa bertahan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan selama lebih dari dua minggu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meminta akses untuk memberikan bantuan. Tetapi hingga saat ini, permohonan tersebut belum mendapatkan tanggapan dari pihak Israel.
Baca juga: AS Desak Israel dan Hizbullah Akhiri Perang Segera
Kemenlu Indonesia Kutuk Serangan Israel
Menanggapi serangan ini, Kementerian Luar Negeri Indonesia dengan tegas mengutuk tindakan Israel. Dalam pernyataannya, Indonesia menyebut serangan terhadap RS Indonesia sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia. Indonesia mengecam blokade yang menimbulkan kelaparan dan kematian di kalangan warga sipil Palestina, serta menegaskan bahwa semua fasilitas kesehatan dan tenaga medis harus dilindungi dalam keadaan apapun.
“Kami mendesak Israel untuk segera menghentikan serangannya di seluruh wilayah Gaza. Khususnya di Gaza utara, dan meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan tegas.” Tegas kementerian dalam pernyataan resmi.
Krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza merupakan pengingat akan perlunya upaya diplomatik yang mendesak untuk mengakhiri konflik dan memastikan perlindungan bagi warga sipil. Saat dunia menyaksikan situasi ini, seruan untuk tindakan kolektif demi mencegah tragedi lebih lanjut menjadi semakin mendesak. Ketegangan di kawasan ini menunjukkan bahwa solusi yang berkelanjutan dan manusiawi diperlukan untuk mengakhiri siklus kekerasan yang tak kunjung berakhir. (rfr)
Baca Berita Terupdate lainnya melalui google news