Israel Sita Kapal Bantuan yang Ditumpangi Greta Thunberg
Share

SUARAGONG.COM – Ketegangan di wilayah Gaza kembali meningkat setelah tentara Israel menyita kapal bantuan Madleen yang berlayar menuju Gaza dan menariknya ke wilayah perairan Israel. Kapal tersebut ditumpangi oleh 12 orang, termasuk aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, dan sejumlah tokoh internasional lainnya.
Israel Sita Kapal Bantuan yang Ditumpangi Greta Thunberg, Aktivis Akan Dideportasi
Kementerian Luar Negeri Israel pada Minggu (8/6/2025) malam waktu setempat menyatakan bahwa penyitaan dilakukan karena kapal Madleen dianggap memasuki zona maritim yang tertutup berdasarkan blokade laut yang diberlakukan Israel di lepas pantai Gaza. Israel menyebut blokade ini sah sesuai dengan hukum internasional.
“Kapal berjalan dengan selamat menuju pantai Israel. Para penumpang diharapkan kembali ke negara asal mereka,” demikian pernyataan resmi Kemenlu Israel melalui akun X (dulu Twitter).
Baca Juga : Truk Bantuan Akhirnya Masuk Gaza Usai 3 Bulan Diblokade Israel
Pemerintah Israel menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan untuk Gaza telah disalurkan secara “teratur dan efektif” melalui jalur yang telah ditentukan, tanpa memerlukan intervensi pihak luar. Namun, sejak 27 Mei lalu, Israel mulai menerapkan skema baru penyaluran bantuan melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang dinilai mengabaikan peran PBB dan dinilai sebagai bentuk pemaksaan terhadap warga Gaza untuk mengungsi ke selatan.
Baca Juga : 39.000 Anak Palestina di Gaza Jadi Yatim Akibat Serangan Israel
Misi Internasional, Tuduhan Penculikan
Koalisi Freedom Flotilla, yang menyelenggarakan pelayaran kapal Madleen, menuding militer Israel melakukan penculikan terhadap para aktivis di perairan internasional. Komunikasi dengan kapal disebut terputus setelah kapal-kapal angkatan laut Israel mengepung dan menaikinya.
Rekaman langsung sebelum koneksi terputus menunjukkan tentara Israel memerintahkan para penumpang mengangkat tangan mereka. Anggota Parlemen Uni Eropa, Rima Hassan, bahkan menyebut sirene dibunyikan dan cairan putih disemprotkan ke kapal melalui pesawat nirawak (drone).
Pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina, Francesca Albanese, mengonfirmasi bahwa dua drone terlihat melayang di atas Madleen dan menyebut situasinya “berbahaya”.
Kapal Madleen sebelumnya berangkat dari Pelabuhan San Giovanni Li Cuti, Catania, Italia pada 1 Juni lalu. Kapal sepanjang 18 meter itu membawa berbagai bantuan penting seperti susu bayi, popok, produk kebersihan wanita, alat desalinasi air, perlengkapan medis, hingga prostetik anak-anak.
Daftar Penumpang
Total ada 12 orang di atas kapal tersebut, yakni 11 aktivis dan satu jurnalis:
-
Greta Thunberg (aktivis iklim, Swedia)
-
Rima Hassan (Anggota Parlemen Eropa, Prancis-Palestina)
-
Yasemin Acar (Jerman)
-
Baptiste Andre, Pascal Maurieras, Yanis Mhamdi, Reva Viard (Prancis)
-
Thiago Avila (Brasil)
-
Suayb Ordu (Turki)
-
Sergio Toribio (Spanyol)
-
Marco van Rennes (Belanda)
-
Omar Faiad (jurnalis Al Jazeera Mubasher, Prancis)
Korban Bertambah di Gaza
Sementara itu, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa jumlah korban jiwa dari lokasi distribusi bantuan yang dikelola oleh AS dan Israel telah mencapai 125 orang sejak 27 Mei. Sebanyak 736 orang dilaporkan terluka dan sembilan lainnya hilang. Khusus pada Minggu lalu, 13 orang tewas dan 153 orang mengalami luka-luka dalam dua insiden terpisah.
Langkah Israel menyita kapal Madleen ini diperkirakan akan memicu kecaman internasional, terutama dari kalangan pro-kemanusiaan dan pendukung Palestina, mengingat banyaknya tokoh global yang terlibat dalam misi kemanusiaan tersebut. (Aye/sg)