Bandung, Suaragong – Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi sorotan publik setelah mengumumkan penawaran pembayaran kuliah menggunakan platform pinjaman online (pinjol). Isu ini memicu berbagai reaksi pro dan kontra di media sosial, menciptakan perdebatan mengenai kelebihan dan kekurangan dari sistem pembayaran baru ini.
Sejak tahun 2023, ITB telah menjalin kerja sama dengan aplikasi pinjaman online Dana Cita. Tujuan dari kerja sama ini adalah untuk memberikan kemudahan pembayaran kuliah bagi para mahasiswanya. Mahasiswa ITB kini memiliki beberapa opsi pembayaran, termasuk transfer bank, virtual akun, kartu kredit, dan pembayaran melalui Dana Cita. Dengan adanya pilihan ini, mahasiswa dapat memilih metode pembayaran yang paling sesuai dengan kondisi finansial mereka.
Salah satu informasi yang menarik perhatian adalah program cicilan kuliah bulanan yang dikelola oleh pihak ketiga, yaitu Dana Cita. Dalam selebaran yang beredar, disebutkan bahwa terdapat program cicilan dengan jangka waktu enam hingga 12 bulan. Proses pengajuan cicilan ini cukup mudah, tanpa perlu down payment (DP) dan tanpa jaminan apa pun, mirip dengan mekanisme aplikasi pinjaman online lainnya.
Salah satu contoh nominal yang ditawarkan adalah pengajuan biaya pendidikan sebesar Rp12.500.000 dengan durasi pembayaran selama 12 bulan. Mahasiswa yang memilih opsi ini dapat mencicil biaya pendidikan per bulan sebesar Rp1.291.667. Rincian biaya ini mencakup durasi pembayaran selama 12 bulan, biaya bulanan platform sebesar 1.75 persen, dan biaya persetujuan sebesar 3.00 persen. Kepala Humas ITB, Naomi Haswanto, mengonfirmasi kerja sama ini.
“Ya, ITB sudah ada kerja sama dengan Dana Cita sejak Agustus 2023,” ungkap Naomi.
Dia menambahkan bahwa tujuan dari kerja sama ini adalah untuk memberikan solusi finansial yang lebih fleksibel bagi para mahasiswa, terutama mereka yang mungkin menghadapi kesulitan dalam membayar biaya pendidikan secara penuh di awal semester.
Namun, isu ini tidak luput dari kritik. Beberapa pihak mengkhawatirkan potensi masalah yang mungkin timbul dari penggunaan pinjaman online untuk pembayaran pendidikan. Salah satunya adalah risiko mahasiswa terjerat dalam utang jika tidak mampu membayar cicilan tepat waktu. Selain itu, bunga dan biaya tambahan yang dikenakan oleh platform pinjaman online juga menjadi perhatian, karena dapat menambah beban finansial bagi mahasiswa.
Di sisi lain, ada juga yang menyambut baik inisiatif ini. Mereka melihatnya sebagai solusi inovatif untuk mengatasi masalah biaya pendidikan yang tinggi. Dengan adanya opsi cicilan, mahasiswa dari berbagai latar belakang ekonomi dapat lebih mudah mengakses pendidikan tinggi berkualitas di ITB. Selain itu, kerja sama dengan Dana Cita juga menunjukkan langkah ITB dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi finansial.
Baca juga : Ini Tugas Satgas Judol yang Dibentuk Jokowi
Meskipun terdapat pro dan kontra, implementasi sistem pembayaran ini masih dalam tahap awal dan perlu waktu untuk melihat dampak sebenarnya. Penting bagi ITB dan Dana Cita untuk terus memantau dan mengevaluasi efektivitas program ini, serta memberikan edukasi yang memadai kepada mahasiswa mengenai manajemen keuangan yang bijak.
Dengan demikian, kebijakan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengejar pendidikan tinggi tanpa harus terbebani oleh masalah finansial. ITB dan Dana Cita perlu memastikan bahwa program ini berjalan dengan transparan, adil, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. (ind/man)