Kasus Ajaib Sekuritas Viral Tagihan Rp1,8 Miliar Siapa yang Salah?
Share

SUARAGONG.COM – Kamu pernah gak sih beli barang online, terus tiba-tiba pas tagihan muncul malah jutaan padahal ngerasa cuma klik satu barang? Nah, kira-kira kayak gitu juga yang dirasain Niyo, salah satu pengguna aplikasi investasi Ajaib Sekuritas, yang lagi viral karena “ditagih“ beli saham Rp1,8 miliar! Kasus Ajaib Sekuritas ini bukan cuma bikin panik jagat maya, tapi juga nyeret nama Hotman Paris dan bikin OJK serta BEI turun tangan.
Kronologi Kasus Ajaib Salah Klik atau Bug Aplikasi?
Awalnya, si investor bernama Niyo ini ngaku cuma mau beli saham BBTN Bank Tabungan Negara senilai Rp1 juta, atau sekitar 9 lot. Tapi tiba-tiba muncul tagihan transaksi dengan nilai total Rp1,8 miliar. Gak tanggung-tanggung.
“Saya gak pernah klik atau input jumlah sebanyak itu. Bahkan gak ada notifikasi konfirmasi sebelum order dikirim.” menurut pengakuan Niyo.
Hal ini langsung viral di media sosial, apalagi setelah Niyo ngasih bukti-bukti screenshot dan curhat pengalaman dia di platform investasi tersebut. Banyak netizen langsung relate, karena jujur aja, user experience aplikasi investasi tuh kadang suka kurang ramah untuk pemula.
Baca juga: Google Bersih-Bersih, 1,6 Juta Aplikasi Hilang dari Play Store
Terus Ajaib Bilangnya Gimana?
Gak tinggal diam, Ajaib Sekuritas langsung ngeluarin klarifikasi. Mereka bilang kalau transaksi yang dilakukan itu valid secara sistem, lengkap dengan timestamp, ID perangkat, dan log backend. Jadi menurut mereka, gak ada indikasi bug atau error.
“Nilai Rp1,8 miliar itu adalah nilai pembelian, bukan kerugian. Dan transaksi dilakukan dari perangkat pengguna sendiri.” kata Direktur Utama Ajaib, Juliana.
Artinya, dari sisi Ajaib, gak ada yang aneh secara teknis. Mereka juga nyebutin kalau semua order masuk harusnya melalui dua kali konfirmasi jumlah lot dan harga. Tapi ya balik lagi, kalau memang user gak sadar atau salah input, siapa yang tanggung jawab?
Baca juga: Tren Ghibli Dorong ChatGPT Jadi Aplikasi Paling Banyak Diunduh
Masuk Hotman Paris dalam Kasus Ajaib Sekuritas
Nah, di sinilah cerita makin rame. Hotman Parisyang dikenal sebagai pengacara selebriti dan juga jadi penasihat hukum Ajaib turun tangan. Hotman bilang kalau Ajaib akan ngeluarin somasi terbuka ke si investor dan siapa pun yang dianggap menyebar informasi bohong.
Menurut tim Hotman, ini bisa jadi bagian dari serangan kompetitor ke Ajaib, karena kasus ini katanya terlalu dramatis dan bisa mencoreng nama baik perusahaan sekuritas yang udah punya lisensi resmi dari OJK.
Netizen pun langsung terbagi dua kubu tim investor yang ngerasa kasihan dan relate vs tim Ajaib yang percaya sama sistem dan keabsahan transaksi.
Baca juga: Kejagung Cegah Nadiem Makarim ke Luar Negeri
OJK & BEI Gimana dalam Kasus Ajaib Sekuritas?
Karena udah rame banget, pihak regulator akhirnya turun tangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) minta Ajaib untuk ngasih penjelasan, dan memfasilitasi pertemuan langsung antara Ajaib dan Niyo buat cari titik terang.
Keterlibatan OJK dan BEI ini penting banget karena menunjukkan bahwa kasus Ajaib Sekuritas gak bisa dianggap sepele. Ini soal kredibilitas platform investasi digital dan perlindungan konsumen.
Sebagai platform investasi berizin, Ajaib harus bisa nunjukin kredibilitas, sementara investor juga berhak dapat kejelasan dan perlindungan hukum sebagai konsumen. Win-win-nya di mana? Ya semoga nanti ketemu saat mediasi.
Baca juga: OJK Rancang Pengawasan untuk “Financial Influencer” di Media Sosial
Sisi Lain dari Dunia Investasi Digital
Kalau kamu pernah pakai aplikasi trading saham, kamu pasti tahu kalau user interface & experience beda-beda banget tiap platform. Ada yang super ramah buat pemula, ada juga yang minimalis banget sampai kadang bikin bingung. Nah, di kasus ini, muncul banyak pertanyaan penting:
- Apa aplikasi udah cukup user-friendly buat investor baru?
- Harusnya ada fitur “periksa ulang” transaksi gede gak sih?
- Gimana kalau user emang gak sadar ngetik angka atau lot terlalu banyak?
Kasus kayak gini nunjukin pentingnya edukasi investasi terutama buat Gen Z dan milenial yang makin banyak main saham, tapi mungkin belum semua paham teknis order pasar
Baca juga: Danantara Dana Investasi Baru Indonesia yang Lagi Dilirik Dunia
Netizen Speak Up
Di X dan TikTok, banyak user lain yang curhat pernah ngalamin hal mirip order nyangkut, limit order kebablasan, atau gak sadar klik tombol “beli”.
“Kok bisa gak ada tombol konfirmasi terakhir? Masa beli saham kayak checkout Shopee?” Kata salah satu netizen.
Ada juga yang bilang aplikasi investasi tuh butuh sistem “panic button” biar user bisa ngebatalin transaksi dalam beberapa detik pertama kalau ngerasa salah klik.
Pelajaran dari Kasus Ajaib Sekuritas Buat Kita Semua
Dari kasus Ajaib sekuritas ini, kita bisa ambil beberapa pelajaran penting:
- Selalu baca ulang order sebelum submit.
- Update aplikasi biar dapet fitur keamanan terbaru.
- Gunakan limit order, bukan market order kalau ragu.
- Screenshot setiap transaksi, jaga-jaga buat bukti.
- Cari platform yang transparan dan punya customer service yang gampang dihubungi.
Dan yang paling penting jangan anggap remeh nominal dan klik random. Di dunia saham, beda satu angka bisa jadi bencana.
Siapa yang Salah?
Jawabannya belum pasti. Bisa aja ini murni salah input user, atau bisa juga UX dari aplikasi yang kurang optimal. Tapi satu hal yang jelas industri fintech dan sekuritas online harus makin human-centered, bukan sekadar tech-oriented.
Soal siapa yang salah? Biar pengadilan dan regulator yang jawab. Tapi buat kita semua, yang bisa kita lakuin adalah: edukasi diri, hati-hati, dan jangan malu buat nanya.
Saham Gak Salah Tapi Harus Waspada
Investasi saham itu bukan buat ditakutin. Tapi kamu juga gak bisa asal-asalan kayak lagi scroll TikTok. Biar cuan gak jadi buntung, pastikan kamu paham tiap langkah sebelum klik beli.
Kasus Ajaib Sekuritas ini mungkin cuma puncak gunung es. Bisa jadi banyak kasus serupa yang belum viral aja. Tapi mudah-mudahan, ini jadi momen buat industri investasi digital lebih peduli sama pengalaman dan keamanan user. (dny)