Type to search

News

Laptop Rp9,9T Buat Sekolah Tapi Gak Dipakai

Share
tampilan fisik laptop chromebook warna hitam bertektur kasar kasus laptop Chromebook

SUARAGONG.COM – Kamu pasti udah denger selentingan soal “kasus laptop Chromebook” yang viral belakangan ini, kan? Tapi di balik headline yang rame itu, ternyata ada banyak hal yang gak begitu disorot, padahal seru. Yuk kita kulik bareng!

Awal Mula Kasus Laptop Chromebook

Sejak tahun 2019, Kemendikbud yang waktu itu dipegang Nadiem Makarim punya program pengadaan laptop buat sekolah-sekolah. Total anggarannya? Rp9,9 triliun. Gede banget, gaes!

Nah, laptop yang dibeli itu mayoritas berbasis Chromebook. Katanya sih buat mendukung digitalisasi pendidikan, apalagi pas pandemi kan, belajar online jadi andalan.

Tapi ternyata di balik niat mulia itu, muncul dugaan kalau pengadaan ini penuh drama dari harga mahal gak wajar, distribusi gak merata, sampai vendor yang itu-itu aja.

Baca juga: Mengintip Korupsi Chromebook Rp9,9 Triliun di Kemendikbudristek

Update Kasus Laptop Chromebook: Stafsus Dicekal

Pada awal Juni 2025, kejutan datang dari Kejaksaan Agung. Tiga mantan staf khusus Nadiem Fiona Handayani, Jurist Tan, dan Ibrahim Arief dicekal keluar negeri. Artinya mereka dilarang bepergian internasional selama 6 bulan ke depan.

Kenapa? Karena mereka mangkir saat dipanggil jaksa buat dimintai keterangan. Waduh, makin panas nih!

Padahal biasanya, stafsus itu perannya cuma “asisten pribadi elite”, tapi kalau sampai dicekal, berarti ada indikasi mereka terlibat cukup dalam. Kejagung juga udah nge-geledah apartemen dan nyita beberapa barang bukti. Serius banget!

Baca juga: Mendikdasmen Siapkan Mata Pelajaran AI dan Coding dalam Kurikulum Baru

ICW Turun Tangan 5 Masalah Besar

Yang bikin kasus ini makin berat adalah laporan dari ICW (Indonesia Corruption Watch). Mereka ngeluarin 5 poin kritis tentang program laptop ini:

  1. Dipaksakan saat pandemi, padahal banyak sekolah butuh bantuan lain kayak pulsa, kuota atau tenaga ajar tambahan.
  2. Distribusi dana asal-asalan, banyak daerah dapet laptop tapi gak punya listrik atau internet stabil. Ironi banget kan?
  3. Minim transparasi, banyak transaksi gak muncul di SiRUP (sistem yang harusnya nyatet semua pengadaan).
  4. Vendor itu-itu aja, ICW curiga ada monopoli atau bagi-bagi proyek.
  5. Harga diduga markup, harga satuan laptop lebih mahal dibanding harga pasaran.

ICW bahkan secara blak-blakan minta agar penyidikan juga menyasar ke atasannya langsung, alias Nadiem Makarim. Waduh.

Nadiem Angkat Bicara Bareng Hotman

Setelah lama diem, akhirnya Nadiem buka suara lewat media dan didampingi pengacara kawak, Hotman Paris Hutapea.

Nadiem bilang dia siap diperiksa, gak merasa bersalah, dan yakin program ini punya niat baik. Tapi dia juga gak menutup kemungkinan kalau ada yang main belakang di bawah.

Kalau kata Hotman, “Klien saya gak pernah menyentuh anggaran, dan bukan dia yang tanda tangan kontrak.” Hmm menarik!

nadiem makarim dan hotman paris hutapea duduk bersama bicara tentang kasus laptop Chromebook

Nadiem dan Hotman buka suara soal laptop chromebook

Fakta yang Gak Banyak Dilirik

Di balik sorotan besar, ada beberapa hal kecil tapi penting yang sering luput dari perhatian netizen dan media:

  • Data sekolah penerima banyak yang gak sesuai kebutuhan. Beberapa sekolah di papua dan NTT misalnya, gak bisa pakai laptop karena gak ada colokan listrik.
  • Proyek ini udah jalan sejak 2019 dan sempat dilanjutkan beberapa kali bahkan pas Nadiem udah menjelang akhir masa jabatannya.
  • Laptopnya belum tentu dipakai maksimal. Banyak laporan dari tenaga ajar dan siswa yang bingung cara pakainya, karena Chromebook beda banget dari laptop Windows biasa.

Apa Kata Netizen?

Di x, insragram dan tiktok, netizen pecah dua kubu:

  • Tim “Nadiem Cuci Tangan” bilang dia cuma punya ide, bukan pelaksana teknis.
  • Tim “Petinggi Gak Boleh Cuek” bilang harusnya dia tetap tanggung jawab sebagai pengambil kebijakan utama.

Muncul juga istilah baru: “Laptop Gak Laku Project” sarkas buat laptop yang cuma nganggur di lemari sekolah.

Kenapa Ini Harus Kita Peduliin?

Coba bayangin dengan Rp9,9T itu, Indonesia bisa:

  • Bangun ribuan laboratorium sains
  • Kasih gaji layak buat tenaga ajar honorer
  • Bikin akses internet gratis di ribuan desa

Tapi kenyataannya, duit segede itu justru jadi bahan bancakan segelintir oknum. Dan yang jadi korban? Ya siswa dan tenaga ajar juga. Sedih gak, sih?

Apa Selanjutnya?

Sampai artikel ini ditulis (11 Juni 2025), status kasus ini masih dalam penyidikan. Belum ada tersangka resmi, tapi kejaksaan udah on fire banget.

Kalau terbukti ada korupsi sistematis, ini bisa jadi salah satu mega skandal pendidikan terbesar dalam sejarah Indonesia.

Dan siapa tahu, penyelidikan ini bisa jadi pintu masuk buat reformasi digitalisasi pendidikan yang beneran tepat guna.

Harapan Anak Muda

Sebagai Gen Z yang katanya melek teknologi, kita punya hak dan tugas buat ngikutin kasus laptop Chromebook kayak gini. Bukan cuma buat nyinyir di sosmed, tapi buat:

  • Dorong transparansi di sektor publik
  • Bantu edukasi temen-temen lain yang belum paham
  • Jaga supaya uang rakyat dipakai bener

Karena pada akhirnya, yang rugi bukan cuma negara tapi masa depan kita juga. (dny)

Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *