Type to search

Gaya Hidup

KBBI Resmi Tambahkan Kata “Palum” Sebagai Lawan dari “Haus”

Share
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kembali memperkaya khazanah bahasa nasional dengan menambahkan kata baru: “palum”

SUARAGONG.COM – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kembali memperkaya khazanah bahasa nasional dengan menambahkan kata baru: “palum” . Kata ini secara resmi diakui sebagai antonim atau lawan kata dari “haus”. Hal ini sontak menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat maupun akademisi.

Apa Itu Kata “Palum”?

Dalam definisi terbaru yang dirilis pada edisi daring KBBI Juli 2025, “palum” diartikan sebagai keadaan tidak haus atau sudah puas minum. Dengan hadirnya kata ini, kini Bahasa Indonesia memiliki padanan lengkap sebagaimana “kenyang” sebagai lawan dari “lapar”.

Contoh kalimat:

  • “Setelah dua botol air mineral, akhirnya ia merasa palum.”

Asal Usul Kata “Palum”

Meski terdengar baru bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, “palum” ternyata berasal dari bahasa daerah, tepatnya dari bahasa Batak Pakpak yang digunakan oleh masyarakat di wilayah Sumatra Utara.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui proses kurasi linguistik akhirnya menetapkan “palum” sebagai bagian dari bahasa Indonesia standar, mengingat fungsi, keunikan, dan relevansinya dalam konteks komunikasi sehari-hari.

Baca Juga : Apa Sih Stecu Itu? Kenali Istilah Gaul Dari Lagu Dari Faris Adam Ini

Menjawab Kekosongan Kosakata

Selama ini, dalam bahasa Indonesia tidak ada kata baku yang secara khusus menggambarkan kondisi sudah tidak haus. Akibatnya, masyarakat cenderung menggunakan frasa panjang seperti “sudah tidak haus lagi” atau “puas minum”.

Kini, dengan resminya “palum” sebagai lawan kata “haus”, penggunaan bahasa bisa menjadi lebih ringkas dan tepat. Ini juga menjadi contoh konkret bagaimana KBBI terus berkembang dengan mengadopsi kekayaan bahasa daerah.

Penambahan kata “palum” ini merupakan bagian dari komitmen Badan Bahasa dalam merawat, mengembangkan, dan memodernisasi Bahasa Indonesia agar semakin inklusif, kaya makna, dan mencerminkan keragaman budaya Nusantara.

Masyarakat pun diajak untuk terus menggunakan kata-kata baru ini dalam keseharian sebagai bentuk pelestarian dan inovasi bahasa. (Aye/sg)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *