Gaes !!! Ikon Kota Batu Punah? Ini Keluh Kesal Petani Apel yang Bertahan Hidup
Share

Batu, Suaragong – Akankah ikon Kota Batu berupa buah apel akan punah? Jawabnya bisa iya bisa juga tidak. Kini petani apel berharap Pemda bisa melakukan intervensi penanganan serius, mengingat apel menjadi komoditas utama hasil pertanian Kota Batu. Kota Apel identik sekaligus menjadi ikon Kota Batu dahulunya, Itu terjadi karena apel menjadi komoditas pertanian terbesar disana.
Kondisinya jauh berbeda dibanding sekarang. Produksinya terus menurun dan banyak petani yang beralih tanam ke komoditas jeruk yang lebih menjanjikan.Dalam hal ini, bukan berarti tak ada lagi petani apel. Banyak juga petani yang masih rela bertahan untuk menanam apel. Seperti dilakukan Utomo (62), warga Dusun Gerdu, Desa Tulungrejo, Kota Batu.
Apa yang membuatnya bertahan satu-satuya adalah dengan tekad menjaga warisan citra Batu sebagai kota apel.
”Kalau kebanyakan orang sudah beralih menamam jeruk. Saya masih punya semangat untuk mempertahankan ikon kota batu sebagai kota apel,” kata Utomo dihubungi, Kamis (23/2/2023).
Semangat itu tentu saja tak sebanding dengan apa yang dia peroleh. Dalam setiap masa panen, petani apel tergolong merugi.
Sebabnya karena kualitas kondisi tanah yang menurun akibat penggunaan pupuk kimia berlebih.
“Seharusnya dari Pemda bisa melakukan intervensi penanganan menggunakan pupuk organik,” usulnya.
Petani apel juga dihadapjan dengan biaya obat tanaman apel yang menembus angka Rp 30 juta per musim atau selama 6 bulan. Sementara, hasil panen hanya berkisar di angka Rp 24 juta. ”Itu belum pas harga di pasaran turun lho.
Kita itu gak mungkin jual mahal juga,” timpalnya.
Keluhan ini menurut dia sebenarnya sudah klise. Berkali-kali dia berbagi keluh kesah dengan pejabat dinas maupun legislatif. Namun, tak pernah ada solusi jitu. Bahkan sebenarnya pertanian apel disini masih lebih baik daripada produksi apel di Polandia, New Zealand hingga Vietnam.
”Setahun kita masih bisa panen dua kali, mereka hanya bisa satu kali. Bedanya, kalau disana hasil panen langsung disetor ke pemerintah. Petani hanya fokus menjaga kualitas buah, gak perlu bingung jualan,” ujarnya.
Dorong Pemerintah Sediakan Cold Storage. Sebagai solusi, pihaknya menyarankan agar Pemda bisa menyediakan fasilitas cold storage khusus untuk petani apel. Fasilitas ini merupakan solusi untuk menjaga buah agar tidak cepat busuk.
Bicara soal cold storage, sebenarnya Pemkot Batu telah berencana untuk menghadirkannya. Hanya saja, informasi yang dia dengar kapasitas cold storage itu hanya berkisar 3 ton.
”Ya gak cukup, apalagi yang pakai kan banyak, gak cuma petani apel saja,” terangnya.
”Kalau dihitung kasar, untuk menampung hasil petani apel disini itu harusnya berkapasitas sampai 50 ton. Kalau 3 ton? Untuk menampung hasil sekali panen saja gak cukup,” imbuhnya.
Baca juga : Produksi Apel Turun, Petani Beralih Tanam Jeruk!
Begitu juga dari sisi penjualan juga harus ditangani pemerintah. Dengan begitu, petani apel bisa lebih fokus untuk menjaga kualitas produknya. Baik menjaga kualitas apel sampai mengembalikan kondisi tanah.
”Kami berharap usulan ini bisa didengar serius oleh pemerintah. Ini juga demi mempertahankan ikon kota batu sebagai ikon wisata dengan buah apelnya,” harapnya. (mf/man)