Suaragong – Kalian pernah dengar istilah Factitious Disorder? Mungkin nama ini terdengar asing, bahkan bagi yang biasa mendalami topik kesehatan mental. Faktanya, gangguan ini memang cukup kompleks dan sering kali sulit dipahami. Baik oleh penderitanya sendiri maupun oleh orang-orang di sekitar mereka. Nah, biar nggak bingung, yuk kita kupas lebih dalam tentang deskripsi, penyebab, tanda-tanda, dan solusi buat gangguan mental yang satu ini!
Apa sih Factitious Disorder Itu?
Factitious Disorder adalah gangguan mental di mana seseorang berpura-pura sakit atau dengan sengaja menciptakan atau melebih-lebihkan gejala penyakit fisik atau mental, padahal sebenarnya mereka sehat-sehat saja. Bukan buat cari perhatian atau keuntungan materi, tapi lebih ke kebutuhan psikologis untuk mendapatkan perhatian medis. Bisa dibilang, mereka bikin skenario sakit hanya supaya dapat peran sebagai pasien.
Nah, gangguan ini berbeda dari malingering ya. Kalau malingering, seseorang berpura-pura sakit demi mendapatkan keuntungan tertentu, seperti uang atau libur kerja. Sedangkan pada Factitious Disorder, motifnya lebih ke psikologis—mereka ingin banget dianggap sakit meskipun harus mengalami berbagai prosedur medis yang nggak nyaman.
Penyebab Factitious Disorder
Kalau ngomongin penyebab Factitious Disorder, sebenarnya ini masih jadi misteri besar. Para ahli percaya bahwa ada beberapa faktor yang bisa memicunya. Seperti trauma masa kecil, pengalaman medis yang buruk, atau hubungan yang nggak sehat dengan orang tua atau pengasuh.
Misalnya, ada orang yang dulu sering sakit waktu kecil dan mendapat perhatian penuh dari keluarganya. Ketika dewasa, mereka bisa saja secara nggak sadar ingin kembali mendapatkan perhatian yang sama. Hingga akhirnya menciptakan atau melebih-lebihkan gejala penyakit pada diri mereka sendiri.
Selain itu, gangguan ini juga bisa berkaitan dengan gangguan mental lain seperti depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian. Jadi, emang cukup kompleks dan nggak bisa dijelaskan dengan satu faktor saja.
Tanda-tanda Factitious Disorder
Lalu, gimana sih cara mengenali Factitious Disorder? Salah satu tanda yang paling mencolok adalah seseorang sering bolak-balik ke rumah sakit atau dokter dengan berbagai keluhan yang nggak jelas atau nggak konsisten. Mereka mungkin terlihat sangat paham tentang penyakit tertentu. Bahkan bisa tahu detail-detail medis yang biasanya hanya diketahui oleh dokter atau tenaga medis.
Selain itu, penderita Factitious Disorder sering kali punya riwayat medis yang panjang dan beragam. Dengan hasil tes yang nggak konsisten atau bahkan negatif. Mereka mungkin juga tampak senang atau lega ketika didiagnosis dengan penyakit serius. Meskipun orang lain bakal merasa takut atau khawatir.
Baca juga: Tips Membangun Mental Kuat agar Tidak Diremehkan Orang Lain
Solusi dan Penanganan Factitious Disorder
Menangani Factitious Disorder bukan perkara gampang. Gangguan ini membutuhkan penanganan yang hati-hati karena penderitanya sering kali nggak sadar bahwa mereka punya masalah. Atau bahkan nggak mau diobati. Pendekatan yang paling efektif adalah dengan terapi psikologis. Khususnya terapi perilaku kognitif (CBT) yang bisa membantu penderita untuk mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku yang nggak sehat.
Selain itu, penting banget buat menciptakan hubungan yang terbuka dan penuh kepercayaan antara penderita dan tenaga medis. Dokter atau psikolog perlu sangat sabar dan peka, karena penderita gangguan ini sering kali defensif atau menarik diri ketika merasa mereka akan “ketahuan”. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat juga sangat penting dalam proses pemulihan.
Di sisi lain, penanganan medis yang bijaksana juga dibutuhkan. Dokter harus waspada agar nggak memberi perawatan medis yang nggak perlu, karena ini bisa memperkuat perilaku penderita. Oleh karena itu, kolaborasi antara dokter umum, psikolog, dan psikiater sangat penting dalam merawat penderita Factitious Disorder.
Baca juga: 5 MBTI Ini Sering Merasakan Trauma
Factitious Disorder memang gangguan mental yang sulit dipahami dan ditangani, tapi dengan pendekatan yang tepat, penderita bisa dibantu untuk menemukan jalan keluar dari siklus sakit yang mereka ciptakan sendiri. Kesadaran, pemahaman, dan dukungan dari lingkungan sekitar adalah kunci utama dalam proses pemulihan. Jadi, jangan pernah ragu untuk mencari bantuan profesional jika kamu atau orang terdekatmu mengalami tanda-tanda yang mencurigakan, ya! (rfr)