Type to search

News Olahraga Peristiwa

Gagal Podium Lagi, Kenapa Ferrari Begitu Underperform?

Share
Kenapa Ferrari begitu underperform tahun ini (Ilustrasi oleh: Galih)

SUARAGONG.COM – Nampaknya Grand Prix Emilia-Romagna di Italia, negara dimana Ferrari menjadi agama kedua setelah Gereja Katolik, tidak membawa hasil yang signifikan bagi tim berlambang kuda hitam ini. Pasalnya jangankan meraih peringkat 1, podium saja tidak sama sekali.

Baca Juga: Verstappen Juara GP Jepang 2025, Persaingan Klasemen F1 Makin Sengit

Tim dengan driver Charles Leclerc dan juga Lewis Hamilton ini harus puas di posisi keempat dan keenam dalam balapan yang diadakan hari Minggu kemarin (18/05/2025). Meskipun banyak juga yang memuji performa Hamilton, namun Ferrari tetap underperform. Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Ferrari?

Masalah Strategi yang Tak Kunjung Selesai

Ferrari dikenal dengan sejarah panjang keputusan strategi yang sering dipertanyakan. Dalam balapan terakhir, keputusan untuk tetap menggunakan ban medium lebih lama dari seharusnya terbukti menjadi kesalahan fatal.

Charles Leclerc kehilangan waktu berharga sebelum akhirnya masuk pit, sementara pesaing utamanya seperti Lando Norris dan George Russell mampu memaksimalkan strategi mereka dengan lebih efektif.

Masalah semacam ini bukan hal baru. Dalam beberapa musim terakhir, strategi Ferrari sering kali terlalu konservatif atau bahkan terlalu agresif tanpa perhitungan matang. Ini menunjukkan bahwa masih ada masalah koordinasi antara tim pit wall dan pembalap.

Mobil yang Tak Konsisten

SF-25, mobil Ferrari musim ini, digadang-gadang akan mampu menantang Red Bull dan McLaren. Namun kenyataannya, performa mobil ini tidak konsisten. Dalam simulasi dan sesi latihan bebas, kecepatannya menjanjikan. Tapi saat race day tiba, performanya anjlok—terutama dalam hal manajemen ban dan top speed di trek lurus.

Masalah teknis ini seolah menjadi penyakit kronis bagi Ferrari. Mereka sering unggul di tikungan menengah, tetapi kalah telak dalam kecepatan lurus dan efisiensi aerodinamis. Tim teknis pun masih kesulitan menemukan setup ideal yang bisa digunakan konsisten di berbagai sirkuit.

Tekanan Tinggi di Internal Tim

Dengan masuknya Lewis Hamilton ke Ferrari, banyak harapan besar yang disematkan. Namun tekanan ini justru tampak menambah beban internal tim.

Hamilton, meskipun tampil solid, belum mampu menyatu sepenuhnya dengan kultur dan dinamika Ferrari yang sangat berbeda dari Mercedes. Sementara itu, Leclerc tampak frustrasi, terutama karena ia harus berbagi sorotan dengan juara dunia tujuh kali tersebut.

Ketegangan antara menjaga harmoni tim dan mengejar hasil maksimal bisa menjadi alasan mengapa Ferrari tampak tidak fokus. Tanpa sinergi yang kuat antara pembalap dan tim, sulit untuk berbicara soal kemenangan.

Kebangkitan Tim Rival

Satu hal yang tak boleh diabaikan: rival Ferrari telah berkembang sangat pesat. McLaren menunjukkan progres luar biasa meskipun dengan driver yang masing “angin-anginan”, sementara Red Bull masih konsisten berada di puncak berkat pure skill Verstappen meski harus dengan mobil yang spek “gerobak”.

Bahkan Mercedes, yang sempat terpuruk, kini mulai menunjukkan taringnya kembali dengan Russell. Dalam kondisi seperti ini, Ferrari tidak hanya harus memperbaiki dirinya sendiri, tapi juga harus menghadapi kompetisi yang semakin ketat.

Ferrari butuh reformasi lebih dalam. Bukan hanya soal teknis atau strategi, tapi juga pendekatan organisasi. Fokus pada komunikasi internal, efisiensi teknis, dan pengambilan keputusan berbasis data akan sangat krusial.

Selain itu, mereka perlu mengembangkan mobil dengan filosofi jangka panjang, bukan hanya perbaikan tambal sulam. (PGN)

Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *