Kenapa Orang Indonesia Percaya Dukun?
Share

Percaya atau tidak, fenomena dukun di Indonesia adalah bagian dari budaya yang sudah mendarah daging. Saya sering bertanya-tanya sendiri, kenapa ya banyak orang yang masih mendatangi dukun di zaman modern ini? Setelah ngobrol dengan beberapa teman dan membaca banyak cerita, saya mulai memahami bahwa kepercayaan ini bukan soal “logis” atau tidak, melainkan soal budaya, tradisi, dan kadang, keputusasaan.
Budaya dan Tradisi yang Mengakar
Di Indonesia, terutama di pedesaan, peran dukun sering lebih dari sekadar penyembuh atau peramal. Mereka dianggap sebagai penjaga tradisi, perantara antara dunia manusia dan alam gaib. Misalnya, dukun bayi yang membantu proses kelahiran tradisional atau dukun kampung yang memimpin ritual adat. Saya pernah mendengar cerita dari seorang teman yang keluarganya tidak akan melangsungkan pernikahan tanpa restu dari dukun setempat.
Ini bukan hanya soal “percaya takhayul.” Bagi banyak orang, dukun adalah bagian penting dari kehidupan sosial. Mereka juga dipercaya memiliki solusi untuk masalah yang tak bisa diselesaikan dengan cara modern, seperti perselisihan keluarga atau kehilangan barang berharga.
Baca juga : Menyusuri Destinasi Horor Eropa: Petualangan Mistis Menjelang Halloween
Alternatif di Tengah Keputusasaan
Ini yang sering bikin saya merenung. Banyak orang mendatangi dukun karena merasa sudah kehabisan cara. Bayangkan kamu sakit keras, sudah pergi ke dokter, dan hasilnya nihil. Dalam situasi seperti itu, dukun bisa terasa seperti harapan terakhir. Saya pernah mendengar kisah seorang kenalan yang mencoba pengobatan alternatif dari dukun setelah gagal dengan metode medis—dan percaya atau tidak, dia merasa ada hasilnya.
Selain itu, jasa dukun juga sering dikaitkan dengan “urusan hati” seperti mencari jodoh atau mengatasi perselingkuhan. Walaupun terkesan absurd bagi sebagian orang, ini menunjukkan betapa dukun berperan di aspek emosional yang sulit dijelaskan dengan logika.
Percaya pada dukun juga ada hubungannya dengan psikologi manusia. Dalam masyarakat yang kolektif seperti di Indonesia, cerita tentang dukun sering menyebar dari mulut ke mulut. Jika satu orang merasa terbantu oleh dukun, ceritanya akan cepat menyebar, dan orang lain pun akan mencoba.
Saya pernah membaca penelitian yang menjelaskan bahwa manusia cenderung mencari pola dalam situasi yang tidak pasti. Saat seseorang sakit atau menghadapi masalah besar, pergi ke dukun memberikan rasa “kendali” atas situasi, meskipun sebenarnya hasilnya belum tentu nyata.
Baca juga : Mengenal Khodam Sebagai Kepercayaan Spiritual Jawa
Modernisasi vs Tradisi
Di era modern, dukun menghadapi tantangan besar. Ada internet, dokter modern, dan aplikasi kesehatan yang semuanya menawarkan solusi instan. Tapi anehnya, kepercayaan pada dukun tetap bertahan. Mungkin karena ada aspek spiritual yang tidak bisa digantikan teknologi.
Bagi saya, fenomena ini juga mengingatkan kita untuk tidak meremehkan kepercayaan orang lain, seaneh apa pun itu bagi kita. Meskipun kita mungkin skeptis, penting untuk menghargai bahwa setiap orang punya caranya sendiri untuk mencari solusi, bahkan jika itu berarti mendatangi dukun.
Jadi, kenapa orang Indonesia percaya dukun? Jawabannya kompleks. Itu gabungan tradisi, keputusasaan, kepercayaan spiritual, dan kebutuhan untuk merasa “mengontrol” nasib. Kita mungkin tidak selalu setuju, tapi fenomena ini adalah bagian unik dari keberagaman budaya Indonesia.
Kalau kamu punya pengalaman sendiri soal dukun, coba bagikan ceritamu di komentar. Siapa tahu, kita bisa belajar lebih banyak dari sudut pandang yang berbeda! (acs)