Type to search

Pemerintahan Peristiwa

Kilas Balik: Keputusan Sudah Diketuk, Rafael Alun Divonis 14 Tahun

Share
Rafael Alun dan Cermin Buram Korupsi Negeri Ini

SUARAGONG.COM – Nama Rafael Alun Trisambodo sempat menjadi salah satu yang paling banyak disebut publik di tahun 2023. Bukan karena prestasi, melainkan karena kasus korupsi yang menguak sisi gelap pejabat pajak, di tengah upaya bangsa ini memulihkan kepercayaan rakyat pada institusi negara.

Catatan Hitam: Rafael Alun dan Kisah Cerminan Buram Korupsi Negeri

Rafael, pejabat eselon III di Direktorat Jenderal Pajak, tiba-tiba jadi sorotan setelah gaya hidup mewah keluarganya terkuak di media sosial. Video putranya yang viral jadi pintu pembuka—yang kemudian menyeret sang ayah ke pusaran hukum yang tak main-main: gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) dengan nilai puluhan miliar rupiah.

Setelah berbulan-bulan menjalani persidangan, Pengadilan Tipikor Jakarta menjatuhkan vonis 14 tahun penjara kepada Rafael. Bersamaan dengan denda Rp500 juta dan uang pengganti Rp10,079 miliar. Bila Tidak dibayar, hanya perlu duduk dipenjara lagi selama 3 Bulan sebagai tambahannya.

“Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Rafael Alun Trisambodo dengan pidana penjara selama 14 tahun,” ujar Ketua Majelis Hakim Suparman Nyompa, kala itu.

Vonis yang secara hukum dinilai “setimpal”, namun di mata publik terasa ganjil. Bagaimana tidak? Nilai gratifikasi yang diterima Rafael mencapai Rp18,99 miliar, belum termasuk aset yang dibeli dari hasil pencucian uang. Mulai dari tanah, rumah, hingga kendaraan mewah. Semua itu terkumpul selama dirinya menjabat sebagai pejabat pajak.

Namun, keadilan yang terucap di ruang sidang kerap terasa seperti keadilan formalitas. Empat belas tahun penjara seolah tak cukup membayar kepercayaan publik yang hancur. Tak cukup menebus rasa muak rakyat terhadap wajah korupsi yang terus berulang—berganti nama, tapi tak pernah benar-benar pergi.

Rafael sendiri disebut masih pikir-pikir atas vonis itu. Begitu pula jaksa KPK.

“Putusan ini belum berkekuatan hukum tetap,” ujar hakim.

Baca Juga :Kejari Jember Tetapkan Tersangka Kasus Korupsi DPRD Jember

Diadili dengan Adil atau Dilonggarkan

Pernyataan itu, di telinga masyarakat, terdengar seperti jeda panjang dari babak yang tak kunjung berakhir: antara keadilan dan kelonggaran.

Padahal, dari ruang sidang itu, rakyat menunggu pesan sederhana—bahwa hukum bukan hanya tegas kepada pencuri kecil, tetapi juga kepada pencuri berseragam negara.

Kini, nama Rafael menjadi semacam pengingat pahit, Memori Hitam Gelap negeri ini. Masyarakat bertanya akankan Kejujuran terkadang kalah elegan dari kemewahan yang sempat dipamerkan sang oknum ini.

Keadilan jadi harapan namun bolehkan masyarakat memegangnya? Atau cuman konten ekslusif? Kisah ini menjadi simbol dari satu babak penting: ketika rakyat sadar bahwa korupsi bukan hanya soal uang, tapi tentang luka panjang dalam kepercayaan publik yang sulit disembuhkan.

Hingga tahun ini juga, Tema yang sama selalu menjadi makanan negara ini setiap hari dan tahunnya. Pembukaan hingga mau tutupnya tahun 2025, banyak sekali Peristiwa dan konflik besar. Berbagai kabar buruk penuhi FYP dan Trending. Dan tak pernah berubah, topik yang tetap sama, antara Korupsi dan ketidakadilan.

Dan meski palu hakim telah diketuk, kisah Rafael Alun tetap menggema. Sebagai catatan, bahwa keadilan tak selalu setara selayaknya yang diceritakan “Orang Besar”. (Aye)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *