KLB Campak di Sumenep: 1.944 Suspek, 17 Anak Meninggal
Share

SUARAGONG.COM – Kasus campak kembali bikin waspada masyarakat, khususnya di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan, hingga minggu ke-32 tahun 2025, sudah ada 1.944 kasus suspek campak yang ditemukan. Angka ini cukup bikin kening berkerut, apalagi mayoritas penderitanya adalah balita usia 0-4 tahun, yaitu sekitar 53,3 persen.
KLB Campak di Sumenep: 1.944 Suspek, 17 Anak Meninggal
Lebih bikin miris lagi, sejak Februari hingga Juli, tercatat 17 anak meninggal dunia akibat campak, dan sebagian besar dari mereka ternyata tidak punya riwayat imunisasi. Kondisi ini jelas jadi alarm keras bahwa imunisasi masih sangat penting untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang sebetulnya bisa dicegah ini.
Melihat lonjakan kasus ini, Kemenkes langsung gerak cepat. Salah satu langkah utamanya adalah Outbreak Response Immunization (ORI) yang bakal digelar mulai 25 Agustus sampai 12 September 2025. ORI ini menyasar anak usia 9 bulan hingga 6 tahun, dengan tujuan menutup celah imunisasi yang selama ini mungkin terlewat.
Selain vaksinasi, fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) juga sudah membagikan vitamin A untuk memperkuat daya tahan tubuh anak dan mencegah sakit yang lebih berat. Tak hanya itu, edukasi ke masyarakat juga terus digencarkan agar orang tua bisa lebih sigap mengenali gejala campak seperti demam dan ruam maculopapular, lalu segera melaporkannya ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).
Baca Juga : Program Cek Kesehatan Gratis Kabupaten Malang Belum Maksimal
Koordinasi Lintas Sektor
Kemenkes tidak bekerja sendirian. Koordinasi dilakukan dengan Dinas Kesehatan Sumenep, Dinkes Jawa Timur, OPD, hingga mitra setempat. Bahkan tim khusus juga dikirim untuk melakukan penyelidikan epidemiologi (PE), agar rantai penularan bisa diputus secepat mungkin.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menegaskan bahwa surveilans akan diperkuat, terutama pada kelompok masyarakat yang dianggap rentan. Itu termasuk bayi, ibu hamil, anak dengan gizi buruk, dan balita yang sakit berat.
Baca Juga :Kasus Campak di Sumenep Melonjak Gubernur Turun Tangan
Imbauan untuk Masyarakat
Di sisi lain, Kemenkes juga mengingatkan masyarakat agar lebih peduli terhadap kondisi anak. Kalau ada tanda-tanda campak, jangan ditunda, langsung bawa ke dokter, puskesmas, atau rumah sakit terdekat. Anak yang sudah terkena campak pun sebaiknya diisolasi sementara agar tidak menularkan ke teman sebaya di sekolah atau lingkungan sekitar.
Hal lain yang nggak kalah penting: jangan gampang percaya hoaks tentang imunisasi maupun obat alternatif. Informasi resmi hanya datang dari Kemenkes, Dinkes, atau tenaga medis. Masyarakat juga diminta lebih disiplin menjaga kebersihan, rajin cuci tangan, memakai masker, memastikan ventilasi rumah baik, dan memberikan anak makanan bergizi seimbang.
Kasus luar biasa (KLB) campak di Sumenep ini jadi pengingat bahwa penyakit yang tampak “klasik” sekalipun masih bisa berbahaya jika kita lengah. Imunisasi tetap kunci utama pencegahan, karena campak bukan sekadar penyakit ruam biasa—tapi bisa menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian. (Aye)