Konflik India-Pakistan Timbulkan Polarisasi Baru Bagi Publik Global
Share

SUARAGONG.COM – Belum selesai konflik Ukraina-Rusia, konflik Israel-Hamas, muncul konflik di India dan Pakistan yang disebabkan oleh balasan India atas serangan teror yang dilakukan milisi Islam di Kashmir terhadap non-muslim disana.
Baca Juga: Biografi Paus Leo XIV: Dari Misionaris di Peru Menjadi Uskup Roma
Hal ini menyebabkan polarisasi baru terhadap publik global. Kali ini Suaragong akan memetakan apa yang terjadi bagi publik dunia karena konflik India dan Pakistan.
India-Pakistan dan Polarisasi Baru: Naiknya Sentimen Anti-Islam di Belahan Dunia
Konflik yang terjadi di India dan Pakistan dan yang lain akhir-akhir ini membuat banyak pihak. Namun jika dilihat dari kacamata sejarah dan sebab-akibat. Konflik yang timbul memang secara fakta disebabkan oleh serangan dari milisi yang mengatasnamakan Islam atau ajaran Islam.
Baca Juga: Sengketa Kashmir: Ketegangan Abadi Antara India, Pakistan, dan Bayang-Bayang China
Hal ini membuat polarisasi semakin tajam dan naiknya sentimen anti-islam di belahan dunia. Utamanya di barat. Baik oleh orang-orang non-muslim maupun dari kalangan muslim sendiri.
Banyak Umat Muslim Malah Menjustifikasi Serangan Ekstrimis Islam Sebagai Balasan Sentimen Anti-Islam yang Sedang Naik
Meskipun begitu sisi negatif lainnya adalah munculnya ekstrimisme dikalangan Umat Muslim sendiri. Serangan yang dilakukan milisi Islam baik di Kashmir maupun di belahan bumi lainnya malah dijustifikasi.
Hal ini tidak benar dan malah membuat orang semakin “menjauh” dan “geram” bukan terhadap kelompok ekstrimis itu saja, tetapi kepada seluruh Muslim.
Menurut ahli sosiologi Emile Durkheim, inilah yang disebut dengan teknik Labeling atau melabeli sesuatu secara keseluruhan padahal yang terlibat hanya sebagian, baik sebagian besar maupun sebagian kecil. Atau dalam peribahasa disebut “kena nila setitik, rusak susu sebelanga”.
Narasi Media Yang Semakin Negatif Terhadap India-Pakistan
Dari hal yang terjadi, maka perlu adanya jembatan untuk berdiskusi demi menemukan titik terang terlebih dahulu. Perlunya publik global untuk memahami lebih lanjut soal konflik yang sedang terjadi baru-baru ini di dunia. Ketimbang langsung melabeli dan juga menjustifikasi tindakan-tindakan yang dilakukan dalam konflik tersebut.
Namun kesulitan terbesarnya adalah, narasi-narasi yang diberikan baik dari media maupun platform media sosial saat ini sangatlah bias. Kebiasan ini mempengaruhi para pembacanya untuk langsung menjustifikasi apa yang terjadi tanpa berpikir lebih lanjut terlebih dahulu.
Perlunya Masyarakat Dunia Berpikir Lebih Kritis
Hal yang sangat penting bagi masyarakat adalah bagaimana mereka menyikapi semua konflik dan informasi terkait konflik tersebut. Masyarakat dunia perlu berpikir lebih kritis.
Dengan berpikir kritis, publik jauh lebih memahami apa yang sedang terjadi. Apakah hal tersebut berdampak langsung kepada mereka atau tidak. Itulah yang diperlukan masyarakat dunia, terutama netizen di era post-truth ini. Sehingga bias yang menguasai informasi di media sosial dapat dibendung oleh logika yang tajam dari masyarakat.
Hadirnya Figur Pembawa Damai Seperti Paus Leo XIV Diharapkan Bisa Menjembatani Konflik yang Terjadi Saat Ini

Sri Paus Leo XIV diharapkan mampu menjembatani polarisasi saat ini Tangkap (Layar oleh: Galih)
Kemudian dengan adanya figur-figur pembawa damai seperti Sri Paus Leo XIV, yang dipilih kemarin diharapkan mampu membangun jembatan-jembatan diskusi antara kedua pihak yang bertikai. Baik dari pihak yang terlibat dalam konflik, maupun masyarakat yang terpolarisasi.
Inilah yang menjadi harapan bagi masyarakat dunia. Agar tidak terjadi kesalahpahaman yang merujuk pada konflik yang lebih besar. Kemudian adanya logika yang tajam mampu menjadikan masyarakat sebagai salah satu aktor diplomasi yang berperan besar dalam menciptakan perdamaian dunia. (PGN)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News