Type to search

Ekonomi

Pulau Enggano Lagi Krisis Negara Kok Diam Aja?

Share
pelabuhan yang ditinggalkan krisis Pulau Enggano

SUARAGONG.COM – Kalau kalian pikir hidup di pulau itu damai-damai aja, coba main ke Pulau Enggano deh. Di tahun 2025 ini, warga di sana lagi ngalamin masa-masa yang super berat. Mulai dari harga hasil bumi yang anjlok, kapal logistik gak bisa masuk, sampai urusan hidup sehari-hari jadi ribet. Pulau yang biasanya sepi, sekarang malah makin sepi karena terisolasi. Dan kalian tau apa yang bikin makin nyesek? Krisis Pulau Enggano ini udah berjalan dari Maret, dan baru rame sekarang-sekarang ini. Padahal, lebih dari 4.000 warga hidup di sana. Bukan angka kecil, kan?

Semua Gara-Gara Pendangkalan Pelabuhan

Pelabuhan Pulau Baai yang biasa jadi jalur utama keluar-masuk barang buat Pulau Enggano itu mengalami pendangkalan parah. Akibatnya? Kapal logistik dan penumpang gak bisa merapat ke sana. Jadilah warga Enggano seperti ditinggalin sama dunia luar.

Krisis Pulau Enggano ini bikin semua aspek kehidupan warga terganggu. Bayangin kalian lagi di pulau, terus gak bisa dapet pasokan bahan pokok, BBM, bahkan layanan kesehatan. Ini bukan film survival, gaes, ini kenyataan hidup warga Enggano sekarang.

Baca juga: Puluhan Kapal di Pelabuhan Probolinggo Jalani Ramp Check

Pisang Murah Tapi Gak Laku

Kalian pikir krisisnya cuma urusan logistik? Salah besar. Petani di sana, khususnya yang nanem pisang, juga kena getahnya. Karena gak ada kapal yang bisa ngangkut hasil panen keluar pulau, harga pisang jadi ambyar.

Biasanya bisa dapet Rp30.000 per tandan, sekarang cuma Rp20.000. Itu pun sering busuk duluan karena gak bisa dijual. Banyak petani akhirnya nyerah, milih gak panen karena rugi di ongkos. Di tengah krisis Pulau Enggano, ini jadi pukulan telak buat ekonomu lokal.

Baca juga: Pemkab Lumajang Ditantang Pertahankan Julukan Kota Pisang

Warung Sepi Ekonomi Mati

Warung-warung yang biasa jadi denyut nadi ekonomi lokal juga ikutan sekarat. Barang-barang makin langka, harga naik, dan pelanggan turun drastis. Banyak warung cuma buka sebentar karena barang dagangan makin tipis.

Masyarakat bahkan udah kesulitan buat bayar listrik dan air. Lo bayangin hidup di tengah laut, gak ada pemasukan, terus masih harus mikirin bayar tagihan? Stress gak, tuh?

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Jatim Melesat 5% Ungguli Nasional, TPT Turun Jadi 3,61%

Kata Puan Maharani

Ketua DPR RI, Puan Maharani, akhirnya buka suara. Menurut dia, masalah ini udah masuk ranah kemanusiaan dan gak bisa dianggap enteng. Negara harusnya hadir dan gercep nanganin ini, bukan cuma ngasih statement “udah terkendali”.

Bahkan organisasi seperti AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) juga angkat bicara. “Kondisi di Enggano tuh gak baik-baik aja. Jangan nunggu makin parah baru heboh!” kata mereka.

Baca juga: Probolinggo Gencarkan Perkuatan SD Lindungi Perempuan dan Anak

Solusi Gak Cuma Kirim Bantuan Tapi Harus Nyata

Puan dan beberapa pihak nyaranin solusi konkret mulai dari pengerukan pelabuhan, penempatan kapal logistik khusus buat Enggano, sampai koordinasi lintas kementerian dan lembaga. Tapi ya semua itu masih wacana. Realisasinya? Masih ditungguin sama warga yang tiap hari makin khawatir.

Kalian tau gak? Banyak warga yang sakit juga susah buat dirujuk ke Bengkulu karena akses laut lumpuh. Jadi ini udah bukan soal ekonomi aja, tapi juga soal nyawa.

Baca juga: Krisis Air Bersih Landa Desa Tulupari, BPBD Probolinggo Salurkan Bantuan

8 Bulan Tanpa Akses Masa Iya Negara Gak Tau?

Sekarang udah masuk bulan ke-8 sejak pelabuhan itu mulai bermasalah. Tapi respon nyata dari pemerintah pusat Masih minim. Padahal ini udah bisa dibilang sebagai bencana kemanusiaan kecil yang gak boleh diremehkan.

Isolasi 4.000-an warga tuh bukan hal sepele. Kalau situasi kayak gini terjadi di kota besar, pasti udah rame dari dulu. Sayangnya, karena ini pulau terpencil, kayaknya dianggap gak urgent. Duh!

pemandangan pantai yang indah krisis Pulau Enggano

Pantai di Pulau Enggano (sc:x.com/Nisaleee)

No One Left Behind Tapi Kenyataannya?

Slogan pemerintah soal SDGs “No One Left Behind” alias gak ada yang ditinggal. Tapi kalau lihat kondisi Enggano sekarang, rasanya kok kayak ditinggal banget, ya?

Warga di sana bukan minta jalan tol atau mall, mereka cuma pengin hidup normal bisa jual hasil panen, bisa belanja kebutuhan pokok, bisa ke dokter kalau sakit. Itu doang. Tapi sekarang, semuanya jadi kemewahan buat mereka.

Enggano Itu Indonesia Juga

Pulau Enggano emang jauh dari pusat kota, tapi itu tetap Indonesia. Warga di sana juga bayar pajak, juga punya KTP, dan punya hak hidup yang layak.

Kalau negara bisa gerak cepat buat konser internasional atau event politik, harusnya bisa dong gerak buat selamatin 4.000 orang yang lagi kesusahan? (dny)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *