1. Adrenalin dan Stres Sebagai Pendorong Utama
Waktu saya kuliah dengan deadline ketat, saya cuma tidur 3-4 jam semalam selama seminggu. Ajaibnya, saya tetap bisa mengerjakan tugas dengan fokus penuh. Setelah saya baca lebih dalam, ternyata tubuh kita sering mengandalkan adrenalin dan kortisol saat kita kurang tidur. Hormon-hormon ini dirilis sebagai respons terhadap stres dan rasa terdesak. Masalahnya? Itu bukan solusi jangka panjang. Tubuh saya akhirnya protes: sakit kepala, mood berantakan, bahkan berat badan naik gara-gara ngemil terus buat “ngisi energi.”
2. Faktor Genetik
Ada juga fenomena yang disebut “short sleeper gene” (DEC2), yang memungkinkan seseorang merasa cukup dengan hanya tidur beberapa jam. Sayangnya, ini sangat jarang. Jadi, kalau kamu merasa produktif dengan tidur singkat, besar kemungkinan itu bukan soal genetik, tapi sekadar efek jangka pendek dari gaya hidup atau kebiasaan buruk tidur.
3. Kafein dan Stimulasi Eksternal
Mari jujur, berapa banyak dari kita yang bergantung pada kopi atau minuman energi? Saya dulu minum 2-3 cangkir kopi setiap pagi untuk tetap “nyala” setelah begadang. Kafein menekan rasa lelah, tapi efeknya nggak permanen. Malah, kalau terlalu sering, tubuh jadi kebal, dan butuh dosis lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama.
4. Hyperfocus Karena Tekanan atau Passion
Ada saat di mana saya lupa waktu karena sedang benar-benar asyik dengan pekerjaan. Ternyata, fenomena ini juga biasa terjadi. Kondisi hyperfocus ini sering muncul saat kita terlibat dalam tugas yang sangat menarik atau saat ada tekanan tinggi. Meskipun membantu menyelesaikan pekerjaan, dampaknya bisa buruk untuk tubuh dalam jangka panjang.
5. Adaptasi Tubuh
Menariknya, tubuh kita memang bisa “menyesuaikan” diri dengan jadwal tidur yang buruk—sementara. Saya pernah mencoba pola tidur 6 jam selama sebulan, dan merasa itu cukup. Namun, efek sampingnya nggak bisa diabaikan: saya jadi gampang sakit dan susah konsentrasi pada tugas-tugas yang membutuhkan kreativitas.
Baca juga : Metode 10-3-2-1-0: Rutinitas Tidur untuk Kualitas Istirahat yang Lebih Baik
Jadi, Kenapa Bisa Produktif Meski Kurang Tidur?
Singkatnya, ada kombinasi faktor seperti hormon, stimulasi eksternal, dan tekanan psikologis yang membuat kita merasa “on fire” meski kurang istirahat. Tapi itu semua bukan solusi jangka panjang. Tubuh kita akan membayar harga mahal untuk kebiasaan ini dalam bentuk kelelahan kronis, gangguan kesehatan, atau bahkan burnout.
Tips untuk Menghindari Bahaya Kurang Tidur:
1. Prioritaskan Kualitas Tidur. Cobalah tidur berkualitas meskipun hanya 6-7 jam. Hindari gadget sebelum tidur, karena cahaya biru dari layar bisa mengganggu ritme tidur alami.
2. Manfaatkan Power Nap. Tidur singkat 10-20 menit di siang hari bisa mengembalikan energi tanpa mengganggu siklus tidur malam.
3. Kurangi Konsumsi Kafein. Hindari kafein di sore atau malam hari untuk memastikan tubuh siap tidur.
4. Praktikkan Teknik Relaksasi. Yoga atau meditasi bisa membantu tubuh dan pikiran rileks, bahkan di tengah tekanan kerja.
Meskipun mungkin terasa produktif dengan tidur singkat, itu hanyalah solusi sementara yang sering datang dengan risiko kesehatan. Cara terbaik untuk tetap produktif adalah dengan memberikan tubuh kita istirahat yang layak. Percayalah, tidur cukup adalah investasi untuk masa depan kita. (acs)