Gaes !!! Lansia Jepang: Jeruji Besi sebagai Pilihan Hidup
Share

SUARAGONG.COM – Jepang dikenal sebagai negara dengan budaya yang kaya dan masyarakat yang sejahtera. Namun, di balik citra tersebut, terdapat fenomena mengejutkan yang mencuat. Yakni meningkatnya jumlah lansia yang terlibat dalam tindakan kriminal dan memilih untuk masuk penjara. Banyak dari mereka, terjebak dalam kesulitan hidup, melihat penjara sebagai solusi untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi.
Menurut laporan dari BBC International, sejumlah lansia di Jepang menganggap penjara sebagai tempat yang lebih baik untuk bertahan hidup. Di balik jeruji besi, mereka mendapatkan tempat tinggal, layanan kesehatan yang terjamin. Dan yang paling penting, kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Fenomena ini mencerminkan masalah serius yang dihadapi oleh masyarakat lanjut usia di Jepang, di mana kualitas hidup mereka menurun seiring berkurangnya produktivitas.
Dalam laporan pemerintah tahun 2021, jumlah pelaku kriminal berusia di atas 65 tahun meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua dekade terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa ketika mereka tidak lagi mampu bekerja, lansia dihadapkan pada tantangan finansial yang berat, termasuk tingginya biaya hidup dan perawatan kesehatan. Sebagian besar dari mereka mengalami kesepian setelah ditinggal keluarga, yang memperburuk kondisi mental dan fisik mereka.
Sengaja Melakukan Tindakan Kriminal
Contoh nyata dari situasi ini adalah Toshio Takata, seorang kakek berusia 64 tahun. Setelah pensiun dan hidup sendirian, Toshio menghadapi kesulitan finansial yang membuatnya putus asa. Dalam upaya untuk menyambung hidup, ia merencanakan tindakan kriminal kecil: mencuri sepeda. Dengan penuh perhitungan, Toshio menyerahkan diri kepada polisi dan berhasil dipenjara selama satu tahun.
“Saya bisa makan dan tinggal secara gratis.” Ujarnya tanpa rasa bersalah.
Di sisi lain, banyak perempuan lansia juga terjebak dalam situasi serupa. Mayoritas dari mereka yang terlibat dalam kriminalitas adalah perempuan, dengan 90% kasus terkait pencurian. Takako Suzuki, seorang nenek berusia 76 tahun, juga memilih untuk masuk penjara demi menghindari kesepian yang menghantuinya setelah kehilangan suami dan anak-anak yang sibuk dengan kehidupan mereka sendiri. Ketika berada di penjara, Takako merasakan perubahan positif dalam hidupnya, mendapatkan perhatian dan aktivitas sosial yang sangat dibutuhkannya.
Baca juga: Apa Saja Nutrisi Wajib Untuk Lansia?
“Lingkaran Setan” yang Sulit Diatasi
Kisah Toshio dan Takako mencerminkan “lingkaran setan” yang semakin sulit diatasi. Meskipun pemerintah Jepang telah berupaya untuk menjadikan penjara sebagai tempat rehabilitasi, banyak lansia justru merasa nyaman di dalamnya, menjadikannya sebagai alternatif panti jompo. Peneliti Universitas Kokugakuin, Yasuda Megumi, menyarankan perlunya jaring pengaman sosial yang lebih kuat untuk mencegah lansia beralih ke kejahatan kecil sebagai solusi.
Dalam riset yang dilakukan Naomi F. Sugie, diungkapkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan integrasi sosial bagi lansia di Jepang. Pemerintah perlu mereformasi sistem pensiun dan menciptakan dukungan yang lebih baik bagi mereka yang tidak memiliki keluarga atau dukungan finansial.
Masyarakat juga harus mengubah pola pikir terkait keluarga, terutama dengan meningkatnya keinginan untuk hidup mandiri dan enggan memiliki anak. Akibatnya, fenomena ini bukan hanya soal tindakan kriminal, tetapi mencerminkan masalah sosial yang lebih luas yang akan menjadi tantangan besar bagi Jepang di masa depan.
Dengan proyeksi demografi yang menunjukkan peningkatan populasi lansia, tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada lebih banyak kisah tragis seperti Toshio dan Takako. Ini adalah panggilan untuk tindakan bagi pemerintah dan masyarakat Jepang untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi lansia, sehingga mereka tidak merasa terpaksa memilih jalur yang salah untuk bertahan hidup. (rfr)
Baca Berita Terupdate lainnya melalui google news