10 Makam Umat Kristiani di Bantul Dirusak, Polisi Amankan Pelaku
Share

SUARAGONG.COM – Setelah sempat kejadian di Solo beberapa tahun silam, kali ini perusakan makam yang ditujukan kepada makam Umat Kristiani terjadi kembali.
Baca Juga: Menag: Pendidikan Keagamaan Jadi Penjaga Moral di Tengah Derasnya Era Digital
Kali ini di Banguntapan, Bantul dimana makam milik Umat Kristiani dirusak cukup parah dengan mencongkel nama dan nisan, serta merusak salib di makam. Total ada 10 makam yang dirusak menurut keterangan Polres Bantul.
Latar Belakang Perusakan Makam
Makam tersebut dirusak oleh warga yang tinggal dekat dengan lokasi. Berdasarkan keterangan dari CCTV, pelaku memakai baju kuning saat melakukan aksinya. Hal tersebut dengan mudah mengidentifikasi pelaku.
Pelaku terlihat membawa linggis yang diduga digunakan untuk mencongkel nisan dan makam. Serta cangkul untuk mencabut salib yang ada pada nisan.
Bukan Kali Pertama Makam Umat Kristiani Dirusak
Hal tersebut menambah deretan perusakan makam komunitas minoritas di Indonesia. Sebelumnya terjadi pengerusakan makam Umat Kristiani yang dilakukan oleh anak-anak di Solo.
Polisi langsung mengamankan pelaku dan memberikan pelaku pembinaan sekaligus menangkap ahli agama yang memprovokasi anak-anak tersebut. Kejadian lainnya terjadi di Depok dimana pelaku memotong salib dan merubahnya menjadi huruf “T”.
Dugaan Ekstremisme Islam Berkedok Pembelajaran Agama
Meskipun banyak yang menyangkal aksi tersebut dilakukan oleh oknum, Latar belakang yang dilakukan oleh pelaku semuanya menjurus kepada pembelajaran Agama Islam.
Dimana pelaku memang secara praktiknya terdoktrin oleh pengajar agama mereka yang memprovokasi. Para pengajar agama inilah yang memberikan mereka edukasi dan arahan untuk melakukan tindakan seperti itu.
Perlunya Pemerintah dan Masyarakat Lebih Bijak dalam Memilih Platform Pembelajaran Agama
Pemerintah, dalam hal ini melalui Kementerian Agama, beserta masyarakat harus lebih sadar dalam memberikan edukasi agama yang lebih layak dan toleran. Hal ini termasuk memberikan pembinaan kepada para pengajar dan pendakwah.
Supaya mereka memahami situasi Indonesia yang majemuk dan penuh keberagaman ini. Selain itu, masyarakat dihimbau agar jangan “terlalu buta” dalam mengikuti ajaran agama mereka, hingga tidak bisa memilih platform pembelajaran agama yang tidak ekstrim dan radikal. Sehingga perlu bagi semua pihak untuk lebih berpikir kritis lagi. (PGN)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News