Suaragong.com – Pilkada 2024 kini telah memasukkan masa pendaftaran, kejutan nama nama serta partai politik pengusungnya kian membuat panas panggung politik tidak terkecusli Malang Raya. Kota Malang serta Batu tengah bersiap untuk menghadapi kontestasi politik yang menjanjikan dinamika dan persaingan sengit. Sebagai karesidenan Malang yang memiliki peran penting dalam peta politik Jawa Timur, Malang dan Batu menjadi sorotan utama bagi para pemilih dan pengamat politik. Mari kita simak bagaimana suasana politik terkini menjelang pemilihan kepala daerah yang mempunyai basis masa yang sangat heterogen.
Di Kota Batu, dinamika politik tampak begitu bersemangat dengan adanya dua pasangan calon yang sudah mendeklarasikan diri. Mas Gum dan Rudi, yang maju sebagai calon wali kota dan wakil wali kota, mendapat dukungan penuh dari ratusan pendukung yang turut mengantar mereka dalam proses pendaftaran. Sementara itu, di Kota Malang, situasinya sedikit berbeda. Pasangan calon wali kota Moch. Anton dan Dimyati Ayatullah serta Wahyu Hidayat dengan Ali Muthohirin sudah memulai langkah mereka, tetapi hingga saat ini belum ada satu pun pasangan calon yang mendaftar secara resmi ke KPU.
Baca juga : Paslon Guru Jadi Pendaftar Pertama di KPU Batu
Situasi ini menandakan bahwa belum adanya kepastian dalam kompetisi pemilihan di Kota Malang, meskipun dua pasangan calon sudah melakukan deklarasi. Di satu sisi, pencalonan Wahyu Hidayat dan Ali Muthohirin mendapat dukungan yang cukup signifikan dari 14 partai politik, termasuk lima partai parlemen seperti Gerindra, PSI, Nasdem, PKS, dan Golkar, serta sembilan partai non-parlemen. Dukungan luas ini memberikan indikasi bahwa pasangan ini memiliki basis dukungan yang solid, namun persaingan masih bisa berubah bergantung pada strategi dan kampanye yang dijalankan ke depan.
Sementara itu, dalam perjalanannya menuju pemilihan, ada isu menarik yang perlu diperhatikan, yakni adanya keterlambatan dalam pengumuman dukungan dan pendaftaran dari partai-partai besar seperti PDIP. Partai ini masih belum memutuskan rekomendasi resmi untuk calon-calon yang akan diusung, yang menunjukkan bahwa perpecahan atau negosiasi internal di dalam partai bisa mempengaruhi hasil akhir Pilkada. Peta politik belum tergambar gamblang masih terbuka bagi seluruh calon yang menjadi kandidat di Kota Wisata ini.
Selain itu, jangkauan media dan dukungan publik akan memainkan peran krusial dalam menentukan pemenang pemilihan nanti. Dengan meluasnya akses informasi dan media sosial, calon-calon kepala daerah harus mampu memanfaatkan platform ini untuk menyampaikan visi, misi, serta program-program unggulan mereka. Tantangan bagi setiap calon adalah bagaimana mereka dapat menyentuh hati masyarakat dan mengatasi isu-isu lokal yang relevan serta menciptakan kampanye yang beresonansi dengan kebutuhan dan aspirasi pemilih. Apalagi di era digital dengan segala informasi dan dinamika yang bisa mempengaruhi suara.
Baca juga : Mas Gum Sungkem Meminta Restu Orang Tua
Dari segi persaingan, kita dapat mengantisipasi bahwa pemilihan di kedua kota ini akan menjadi pertarungan yang memikat, tidak hanya dalam hal calon yang diusung tetapi juga dalam hal strategi dan mobilisasi dukungan. Partai politik yang cerdas dalam berkoalisi dan menyusun strategi kampanye berpotensi menjadi pemenang. Namun sangat diperlukan sebuah perencanaan dan implementasi politik apalagi dengan sosiologi heterogen.
Secara keseluruhan, Pilkada 2024 di Malang dan Batu akan menjadi panggung politik yang penuh warna dan dinamis. Masyarakat akan menyaksikan berbagai usaha dan taktik yang ditempuh oleh calon-calon mereka, dan pada akhirnya, mereka yang mampu menghubungkan program-program mereka dengan harapan serta aspirasi rakyatlah yang akan meraih kemenangan. Mari kita terus mengikuti perkembangan ini dengan seksama dan bersiap untuk menyaksikan momen penting yang akan membentuk masa depan kedua kota ini. (Ind)